Rabu, 24 Mei 2017

Jangan Takut Pada Makhluk Halus
Bhikkhu Uttamo Mahathera

Namo Tassa Bhagavato arahato samma sambuddhassa.
Namo Tassa Bhagavato arahato samma sambuddhassa.
Namo Tassa Bhagavato arahato samma sambuddhassa.
Melaksanakan kebajikan akan memberikan kebahagiaan.
Para bapak – ibu, saudara saudara yang berbahagia. Bersama sama pada malam hari ini kita melakukan puja bakti dalam rangka perlimpahan jasa, yang juga sekaligus adalah untuk memperingati kemerdekaan Republik Indonesia sehingga kita juga melimpahkan jasa bukan hanya kepada sanak keluarga yang kita kenal saja, tetapi juga kita limpahkan jasa kepada para pahlawan yang telah gugur didalam usaha memperjuangkan, meraih, merebut kemerdekaan Indonesia.
Saudara saudara yang berbahagia, memang upacara malam hari ini adalah upacara yang agak khusus karena upacara ini disebut upacara perlimpahan jasa, mengundang para makhluk hadir, mengundang para keluarga kita datang. Tetapi sebahagian besar diantara kita, tidak bisa menyaksikan hadirnya keluarga kita, leluhur kita, makhluk makhluk tak tampak itu.
Ada yang disini mengirim untuk Ayahnya yang sudah meninggal? Ada? Coba tunjuk jari, banyak.
Ada yang mengirim untuk Ibunya yang meninggal? Tunjuk jari, cukup banyak.
Ada yang mengirimkan untuk Kakek dan Nenek yang sudah meninggal? Oh.,, yang paling banyak Bapak ya, Oh!! Banyak juga.
Apakah tadi waktu Anda mengadakan puja bakti sebelum puja bakti malam hari ini, Anda mendoakan mereka bahagia? Iya? Iya?
Kalau seandainya mereka datang pada malam hari ini, apakah Anda bisa melihat mereka datang?
Ayah yang Anda kirimi, Ibu yang Anda kirimi, Kakek dan Nenek yang Anda kirimi, yang Anda doain itu. Apakah kalau Anda bisa melihat mereka yang datang datang ibaratnya kalau seseorang atau Anda mengundang. Anda misalnya mengadakan pesta ulang tahun, kemudian Anda mengundang Tamu. Anda menyajikan makanan, Anda menyajikan minuman kepada tamu yang datang. Ya kan?
Kelihatan bentuknya, kelihatan badannya, kelihatan hidungnya, Anda kasih makan.
Tapi malam hari ini saya katakan khusus karena Anda memberi makan, memberi minum, membantu doa kepada mereka yang tak tampak. Ini yang kadang kadang bisa aneh juga. Ibaratnya dirumah Anda kosong, ada meja kosong, ada kursi kosong, Anda kasih minuman.
Ini ada tamunya lha, meja makan gak ada orangnya Anda kasih makanan. Ini ada Bapak saya lho. Inilah yang disebut keanehan, saudara. Mungkin ada diantara Anda yang bisa melihat leluhur Anda hadir kesini, tetapi saya kira jauh lebih banyak diantara Anda yang nggak bisa lihat.
Saudara – saudara, malam hari ini Anda mengadakan upacara kepada makhluk tak tampak, diadakan di Vihara. Padahal sebetulnya didalam kehidupan Anda sehari hari, ada sebagian besar diantara Anda ini takut pada makhluk tak tampak. Betul betul takut? Padahal makhluk tak tampak itu mungkin Ayah Anda sendiri, mungkin Ibu Anda sendiri, mungkin Kakek Nenek Anda sendiri, tetapi Anda takut. Apa buktinya? Misalnya ada keluarga yang disayang meninggal kira kira bulan ini atau tiga bulan ini atau satu tahun ini? Ada? Tunjuk jari.
Aduhhh, saya mau ikut tunjuk jari jadi nyenggol.
Satu orang, dua orang, tiga, empat, oh.. banyak. Orang yang Anda sayangi yang meninggal, pada saat malam hari berani ngga Anda tidur dekat peti mati orang yang Anda sayangi itu sendirian.
Ha? Berani nggak? Berani? Berani tidur? Tidur sendirian sama jenazah? Nggak berani. Padahal itu jenazah orang yang Anda sayangi. Takut?
Bahkan saudara saudara, ada satu keanehan yang kadang saya renungkan di beberapa kepercayaan di masyarakat lingkungan kita, kan ada yang nggak percaya setan, ada juga yang nggak percaya kelahiran spontan.
Weh. Mana ada kelahiran spontan, nggak ada itu, omong kosong. Saya ngomong “ok” . Ini Bapakmu meninggal, coba kamu tidur disebelah jenazahnya ini, malam ini! Oh, takut, pak Bhikkhu, takut. Berarti kamu kan percaya ada setan. Ya, saya khawatir Bapak saya bagun lagi. Ya, berarti kamu percaya ada makhluk yang lahir spontan. Tetapi agama saya nggak mengatakan begitu. Tapi kamu sendiri yakin itu. Buktinya prilakumu takut kok.
Nah, saudara saudara oleh karena itu maka kadang saya berpikir kenapa ya upacara perlimpahan jasa ini kok sering diadakan di Vihara daripada di rumah sendiri? Mungkin takut kalau sudah diundang nggak bisa balik. Wah... repot, ini jadi korban di rumah. Tapi kalau di Vihara nggak apa apa, Bhikkhunya di cucuk bunbunannya ( dihisap ubun ubunnya), klamut klamut ( kunyah kunyah tanpa makanan di mulut), nggak apa apa , biarin aja, nggak punya tanggungan kok, nggak ada anak, nggak ada istri.
Nah, saudara saudara kita memang kadang sebetulnya takut pada makhluk halus, tapi kita kadang kadang mengadakan upacara, ini yang kontroversi, ini yang aneh. Bahkan kalau dirumah ada demit, biasanya rumah baru, berdemit atau dia baru beli, rumahnya udah jadi, “gede”.
Panggil Bhikkhu untuk tidur disitu. Saya pikir ini Bhikkhu dijadikan umpan atau apa apa, jadi kalau sudah demitnya kenyang nyucuk bunbunan Bhikkhu ini, sudah Bhante, udah aman demitnya sduah kenyang, sekarang saya mau tidur, sekarang Bhante pulang aja ke Vihara. Kalau besoknya Bhikkhunya masih hidup. Ah, berarti demitnya aman, demitnya ompong. Jadi Bhante pulang ke Vihara, rumahnya sudah bebas.
Nah, saudara – saudara, sehingga kadang kadang Bhikkhu pun punya profesi. Profesi, kalau rumah berdemit, suruh tinggal, atau kalau minimal tidak suruh tinggal, suruh bacain paritta. Bhante, rumah saya ini berdemit Bhante, bacain paritta. Lho, biar apa? Biar pindah. Pindah kemana? Ke tetangga.
Wah, ini enak sekali. Lah, nanti kalau tetangga bacain paritta atau bacain doa yang lain, kemudian balik kerumahmu gimana? Ya, kita panggil Bhikkhu lebih banyak. Wah, ini repot kalau caranya begini.
Saudara saudara, ini sebetulnya adalah pandangan salah melihat demit, dianggapnya demit itu mengganggu, demit itu jahat, demit itu menyeramkan, demit itu seperti film film cerita KISMIS, Kisah Kisah Misteri yang Anda tonton di televisi. Padahal saya yakin kalau demit melihat televisi itu sendiri ikut takut. Ada demit kok ngerinya kayak gitu, dia juga ikut takut.
Saudara saudara berdasarkan pengalaman banyak umat umat yang melihat demit, ketika melihat demit itu sebenarnya orang tidak tahu bahwasanya itu demit, tidak tahu! Buktinya apa? Misalnya begini, anda melihat salah satu anggota keluarga anda di rumah, misalnya anak anda datang, masuk ke kamar atau mungkin Anda melihat pasangan hidup anda datang, kebelakang, Anda melihat keluarga Anda yang lain, pokoknya ada yang lalu lalang di rumah. Dan Anda merasa itu biasa biasa saja, tapi pada saat Anda mau mencari orang itu, eh, kemana ya anak tadi? Eh, kemana ya pasangan hidup saya? Lho, anak tadi kan masih sekolah, lho, pasangan hidup saya tadi baru pergi kerja, ini siapa tadi yang saya lihat dirumah saya ini. Kok kayaknya ada anak kecil yang masuk ke kamar, kok kayak ada pasangan hidup saya yang lewat. Siapa yang saya lihat? Nah, tanda tanya itu, lalu O...demit.
Jadi pada saat Anda melihat, sulit Anda membedakan itu demit dengan anggota keluarga Anda. Oleh karena itu jangan takut sama demit, jangan takut. Lha demit kok nakal, Bhante? Kadang kasih suara yang aneh aneh, jalan sak-sek-sak-sek tapi gak ada, kadang ada suara orang mandi tapi nggak ada orangnya. Ya teriakin aja. Eh... mit, demit, jangan borosin air tu, bayar. Ahhh, itu boleh tapi biasanya di buka kamar mandinya kering, nggak ada apa apa, karena kita pernah mengalami.
Ada suatu ruko yan terbakar, ruko itu tiga lantai. Lantai kedua terbakar, mati semua, sembilan orang jumlahnya. Yang punya rumah takut pakci. Mau dijual nggak ada yang mau beli, sembilan orang mati. Lalu bagaimana? Kasihkan vihara saja. Lalu bagaimana?
Bhikkhunya suruh tinggal situ. Ehh, sungguhan, sungguhan itu yang meninggal Ayah, Ibu, beberapa anak, pembantu, baby sisternya ikut meninggal sembilan orang, satu lantai. Lantai satu aman bersih, lantai kedua seperti tidak kena api, hanya lantai ketiga yang ada apinya hangus sembilan orang korban.
Lalu Bhikkhu tinggal disana. Malam malam ya memang gebyar – gebyur, apa ini? Kok nggak ada orang di kamar mandi, gebyar- gebyur, dibuka kosong. Eh, ada demit anak kecil umur lima tahun salah satu anggota dari mereka. Ya, seperti anak biasa, bukan mukanya serem terbakar, tidak. Biasa biasa saja.
Nah, oleh karena itu saudara saudara, makhluk itu kemudian seolah olah mengganggu dalam tanda kutip pada manusia, pada keluarganya, sehingga Anda mengatakan disini angker, disana demitnya suka mengganggu. Sebetulnya bukan mengganggu, tetapi dia itu butuh perhatian, coba lihat perilaku anak kecil, ya, mungkin Anda yang bawa anak kecil, ya yang disana dan disini. Anak kecil kadang dengar ceramah kurang begitu tertarik, karena nggak ngerti, ya kadang kadang dia kasih kode sama orang tuanya.
Pa atau Ma, Orang tuanya kan stttt, diem. Karena orang tuanya tahu, tapi kan anak kecil kan nggak tau. Panggil lagi, Pa, Ma, Lebih kencang. Orang tuanya tambah kenceng, Stttt, diem.
Anak kecilnya tambah ribut lagi. Wah, weh, ya sudah Wah.. weh, jangan rewel. Dia sebetulnya nggak rewel, dia butuh perhatian. Ketika jawil (nyubit) pertama Anda diem dia stress, ini orang tua saya nggak memperhatikan saya. Jawilannya di perkenceng, kok masih tetap nggak di perhatikan, dia nanggis, jerit gulung gulung. Sehingga orang tuanya : Yah, sini, saya ajak keluar pergi, saya ajak keluar. Yahhh, lega, dia sampai dibawah. Ya sudah, tercapai cita citanya.
Demikian pula dengan demit makhluk halus, yang ada disekitar kita, dia juga begitu, dia kadang kadang nggak menyadari dirinya sebagai demit karena pada saat meninggal dia tidak siap, sehingga begitu meninggal itu, melihat Anda, melihat semua, melihat rekan rekan. Tetapi mau ngomong nggak bisa, mau komunikasi nggak bisa, padahal lihat. Nah, lalu dia mencoba memberikan kode, belakang leher Anda ini ditiup huuuuiiiffft.
Eh, apa ini ya? Angin mungkin, dia tiup itu supaya Anda menoleh, Anda toleh, tatap muka dengan dia tapi Anda tidak lihat, jadi sama dia ditiup lagi, huuulifffth, kupingnya sekarang. Iiiihhh, angin nggak ada, orang nggak ada, kok..? kok ada angin di kuping saya. Toleh kanan, toleh kiri, toleh belakang, dia berteriak lagi, hei..hei.. kok nggak ada orang?
Lalu pelan pelan angkat kaki, pelan lagi angkat kaki mendekati pintu keluar. Si demit di belakangnya. Ngapain kamu? Aku ya ikut. Pelan pelan juga demitnya ikut Anda. Pelan... anda jalan pelan, dia juga ikut pelan. Kemudian Anda toleh kanan toleh kiri tapi kok kayak ada ? tapi kok ada suara langkah bluk...bluk.. Anda berhenti dia berhenti, anda jalan pelan pelan dia jalan pelan. Anda lari, eh, dia ikut lari, wah,,, larinya kenceng sekali, eh, si demit ikut, tunggu.. hei.. tunggu.. Akhirnya orang itu ke vihara panggil Bhikkhu.
Bhante, rumah saya banyak demitnya, tolong diusir. Lah.... akhirnya dibacain, maunya disuruh pergi, dia menderita. Aduh.. kenapa keluargaku sudah nggak kenal saya malah panggil Bhikkhu untuk ngusir saya. Untung Bhikkhunya nggak dikasih mantra pengusir demit. Karena yang dibacain itu Karaniyametta Sutta, adalah paritta yang mengajarkan cinta kasih kepada makhluk. Sehingga si demit ini bisa belajar.
Ohh, sesungguhnya aku begini ini karena cinta kasih, saya membutuhkan cinta kasih, kasih sayang. Akhirnya, saya membutuhkan banyak sekali pemancaran cinta kasih. Akhirnya mungkin si demit ini menyadari, dia mungkin sudah nggak mengganggu lagi. Nah, jadi kalau saudara diganggu demit, sebetulnya hilangkah istilah gangguan, tetapi Anda lebih bagus mengatakan ada demit yang minta perhatian. Jangan mengatakan, eh, rumahku angker ada demitnya. Salah, rumahku ada demit minta perhatian. Nah, dengan demikian maka anda lalu muncul kasih sayang.
Ooh, mereka itu sebetulnya adalah makhluk yang menderita, mereka ini butuh perlimpahan jasa, mereka ini butuh kasih sayang. Nah, lalu bagaimana sekarang?
 Yang pertama adalah saya meluruskan bahwa demit itu tidak jahat, tidak harus demit itu jahat karena demit itu sebetulnya adalah mungkin keluarga kita, leluhur kita yang kepingin komunikasi dengan kita karena sangking cintanya dengan kita sehingga pada saat meninggal dia terpikir kita, maka dia mengikuti kita kemana saja kita pergi.
Nah, kemudian kalau ada gangguan macam macam sebetulnya bukan demit yang mengganggu, tapi demit butuh perhatian. Nah, sekarang apa yang harus kita kerjakan terhadap mereka? Ini yang penting. Kalau Anda merasa ditiup tiup bagian belakang leher. Itu paling sensitive soalnya. Pernah ada yang disini yang mengalami, merasakan hal seperti itu? Ada nggak? Hah? Ada begini? Ada? Oh.. ibu... bagian mana yang paling sensitif merasakan demit? Belakang leher? Lah... rambut Ibu panjang bagaimana sensitive? Ha? Reaksi apa? Gatel? Oo... dateng atau gatel? Reaksi dateng tapi mulai dari belakang leher.
Nah... ada lagi yang pernah rasain demit? Ada? Ada? Ada? Hanya satu? Yang takut demit siapa coba? Yang takut demit coba tunjuk jari? Saya mau tahu, coba yang takut demit coba tunjuk jari? Anak kecil ikut tunjuk. Satu, dua, Cuma dua? Wo.. berarti yang lain berani berani semua. Terima kasih, hebat Anda.
He.. saya nggak yakin. Jangan kata urusan demit, malem malem duduk di Vihara ini sendirian, ayo coba meditasi di Dhammasala ini. Belum tentu ada yang berani. Banyak orang yang mengatakan takut. Itu altar sendiri ada Buddha Rupang disitu, meditasi bisa takut? Padahal umat Buddha, lah kalau umat Buddha sendiri aja takut. Siapa nanti yang berani di depan Dhammasala? Nah, padahal Anda sendiri sebetulnya belum pernah lihat. Ibu tadi juga baru merasakan ada demit, tapi juga nggak melihat. Tapi kenapa Anda semua takut? Karena pikiran Anda itu sebetulnya diracuni oleh film. Racunnya adalah film. Dan lebih celaka lagi, anda takut demit kalau malam, siang nggak takut? Saya katakan lebih celaka kenapa? Karena demit, bagi dia siang dan malam sama saja. Banyak sekali orang melihat demit justru jam sepuluh siang.
Anda kalau melihat “Tuyul dan mbak yul”, filmnya demit itu selalu siang. Anda nggak perhatikan to? Tuyul dan mbak yul kan demitnya jalannya siang terus tapi kalau drakula jalannya malam. Kenapa? Karena memang demit itu tidak melihat waktu. Karena siang dan malam disana satu harinya bisa puluhan tahun di sini. Jadi Anda kalau lihat malam siang, malam siang, takut malam, berani siang , itu nggak masuk akal. Dirumah siang sendirian berani, di rumah sendirian kalau malam takut.
Padahal tempat tidurnya ya disitu, pintunya ya disitu, gelasnya ya disitu, gitu kok takut. Kecuali kalau malam pintunya pindah sedikit, kemudian tempat tidur bisa geser, itu takut. Tapi kalau sekarang siag malam bentuknya sama, apa yang takut? Itukan pikiran Anda sendiri sebetulnya. Pergi ke kuburan siang siang berani, pergi ke kuburan yang sama, malam hari takut. Itukan heran? Itu kuburan tempatnya sama, pohon kambojanya ya tetap di situ, apa yang ditakuti? Pikirannya sendiri sebetulnya. Nah, oleh karena itu saudara, pertama, demit itu sebetulnya mungkin kerabat kita, yang kedua itu dia mencari perhatian untuk kita tolong, yang ketiga rasa takut itu sebetulnya adalah buatan kita sendiri maka sekarang yang keempat apa solusinya?
Bagaimana cara mengatasi demit? Nomor satu : cara mengatasinya. Saya bukan membagi jimat, pake jimat misalnya itu tulang anjing, pernah Anda dengar? Pernah dengar tolak demit dengan tulang anjing? Belum pernah dengar? Saya kasih ilmunya? Orang takut demit itu bawa tulang anjing. Katanya demit takut. Belum tahu dia ada demit manado, suka sekali RW (daging anjing). Ada orang manado disini? Ha? Mana orang manado? Malu dia, suka RW soalnya. Ada demit dari batak, wu.. suka sekali juga, anjing.
Dikasih tulang babi, pernah dengar? Nolak demit pake tulang babi, belum tau dia ada demit dari tiongkok. Wah, ini ada babi ini sam – cannya gede gede, uehhh. Yang bawa tulang babi malah makin di deketi, baru tahu tuh.
Ada lagi kalau mau anti demit bawa itu lho, bawang putih yang satu, bawang tunggal. Pernah dengar? Pernah? Belum tahu ada demit kena tekanan darah tinggi! Justru bawang tunggal itu yang dicari untuk acar bawang, ayo coba anda lihat acar bawang, pernah lihat? Itu kalau buat obat tekanan darah tinggi to, itukan bawang tunggal semua. Bener nggak toh? Jadi kalau Anda bawa bawang tunggal, demit tekanan darah tinggi datang kepada Anda. Wah,,, ini dia... obat bagi saya, baru tahu itu, jadi saya tidak memberikan jimat.
Kasih hu, Hu tulisan apa dulu? O... Hu nya mesti tulisan bahasa mandarin Bhante, walah kalau demitnya ngga bisa bahasa Mandarin kayak saya, nanti malah tulisan apa to ini? Lah, malah dideketin dilihat. Ya.... jadi, bukan Hu yang ngusir demit. Bukan benda benda daging babi, apa lagi tadi tulang babi, kuku macan. Kuku macan untuk tolak demit? Weh... kukunya sudah diambil itu berarti macannya sudah menjadi demit.
Mana ada macan pergi ke salon dipotongi kukunya, ya? Pasti dia sudah di bedil mati jadi demit. Lah, ini kukunya malah dia cari, mana kuku-ku? Weh... baru tau itu... malah dicari sama macannya. Kadang kadang aneh aneh orang itu. Aneh aneh yang tidak sesuai dengan Dhamma.
Nah, sekarang bagaimana yang sesuai dengan Dhamma?
Kalau ada demit bukan dengan jimat bukan dengan apa. Nomor satu yang harus anda katakana, kalau misalnya mengganggu ya. Kadang kadang nyuri disket, demit sekarang bisa nyuri disket, sungguhan. Eh... mungkin yang mati sudah pada suka computer, pada mati sudah zamannya kan sudah berubah, ada yang nyuri disket, itu beberapa kali. Ada pengalaman satu umat yang ngetik terjermahan itu. Disketnya hilang. Di ketik lagi disketnya hilang, diketik lagi disketnya hilang. Ada demit yang suka nyuri pisau, ada demit yang suka nyuri sendok, garpu dan sebagainya. Nah.. anda boleh katakan begini. Eh... demit atau apa, kalau memang ada yang mau di sampaikan kasih tau lewat mimpi. Itu nomor satu. Jadi kita buka channel komunikasi, kasih tau lewat mimpi. Kenapa kok tidak kasih tahu langsung? Takutnya pingsan.
Jadi, eh,, demit.. kalau memang ada sesuatu yang mau disampaikan. Keluarlah engkau. Keluar sungguh, Cuma kepalanya, Anda pingsan. Padahal kepalanya ganteng, tapi Anda pingsan. Jadi, lebih bagus kasih tahu lewat mimpi. Itu banyak, banyak yang sukses. Malamnya terus mimpi macem macem. Itulah kuburan saya itu papan namanya jatuh, anu... semennya rontok. Coba dong, tolong di benerin. Ah begitu, atau kalau dia nggak bisa komunikasi dengan bagus, dia nampil, mungkin wajahnya jelek, mungkin pakaiannya buruk, mungkin modelnya pucat seperti orang sakit.
Nah.. pokoknya kita boleh mengatakan, kalau memang sini ada makhluk, kasih informasi lewat mimpi. Terus Anda tidur, jangan.. heh.. nanti aku mimpi, tidak berani tidur, yah.. sama aja. Ya... , nomor dua, setelah mimipi, anda lihat apakah orang itu kelihatan pakaiannya buruk atau sakit atau mungkin tidak mimpi sama sekali juga boleh. Cara yang kedua ini adalah inilah cara yang diajarkan di dalam Dhamma. Kita melakukan kebajikan untuk para makhluk yang berada di sekitar kita tadi, seperti malam hari ini Anda mengikuti pattidana. Sebetulnya Anda melakukan kebajikan. Anda datang ke Vihara, Anda membaca Paritta, kemudian Anda mempersembahkan dana, ini semua bisa dilimpahkan jasanya kepada semua makhluk yang Anda ketahui. Makhluk ini bisa keluarga Anda yang dekat, ayah dan ibu Anda, kakek dan nenek Anda yang Anda kenal.
Tapi juga jangan dilupakan kepada semua makhluk yang pernah berhububungan karma dengan Anda, itu jangan dilupakan, kenapa? Karena orang tua kita bukan hanya ayah dan ibu ini. Orang tua kita itu, sudah ribuan kali kehidupan ada orang tua, dan kita nggak tau siapa namanya. Anda tulis saja semua makhluk yang berhubungan karma dengan saya. Sudah ada yang menulis itu? Sudah? Sudah ada? Sudah ada beberapa orang? Satu, dua ah bagus, sudah mulai banyak, saya suka sekali, harus makin lama makin banyak, ada satu lembaran khusus, semua makhluk yang berhubungan karma dengan saya, kenapa? Kakek, Nenek Moyang kita yang sudah kita nggak kenal, semoga dia juga berbahagia, karena mungkin dia mengikuti kita.
Karena pada zaman Raja Bimbisara dulu, makhluk makhluk peta yang megikuti Raja Bimbisara, itu sudah ribuan tahun lamanya, karena itu sejak Buddha Buddha yang dulu, dia selalu ikut.
Nah, itu sejak Buddha – Buddha yang dulu, dia selalu ikut. Nah, oleh karena itu tulis semua makhluk yang berhubungan karma dengan kita, termasuk musuh musuh Anda. Kenapa? Karena makhluk yang berada di sekitar Anda, mungkin itu keluarga dekat yang sayang dengan Anda, tapi jangan salah, ada juga makhluk yang nggak suka dengan Anda, musuh Anda, yang mati penasaran gara gara Anda, dalam kehidupan ini maupun kehidupan kehidupan yang dulu itu terus nempel. Itu kita limpahkan jasanya, semua makhluk yang berhubungan karma dengan kita.
Nah, lalu perbuatan baiknya bagaimana, apakah harus setahun sekali setiap tanggal lima belas bulan tujuh imlek seperti tahun ini? Tidak. Setiap hari, setiap saat Anda bisa lakukan perlimpahan jasa ini. Caranya bagaimana? Pada malam hari ketika Anda sudah mau istirahat. Ingatlah satu hari ini Anda sudah melakukan apa saja kebajikan, misalnya pada pagi bangun tidur, Anda kemudian memberi makan binatang kesayangan Anda. Catatlah itu sebagai kebajikan yang Anda miliki. Kemudian Anda membuka toko, lalu ketika ada orang menawar barang, lalu kita memberikan kata kata “Morning Price”, harga pagi hari, harga penglaris, lebih murah daripada harga biasa. Itu ada diskon khusus. Itu Anda sudah melakukan kebajikan.
Kemudian ketika ada pengemis, pengamen datang ke toko Anda, Anda berdana. Sudah kebajikan. Ketika ada orang membeli di toko. Anda terlalu banyak duitnya, sepuluh ribu dikasih dua puluh ribum trus dia pergi. Kembalian uang sepuluh ribu ini dan Anda dan Anda mengganggap itu juga kebajikan.
Demikian seterusnya Anda ingat kebaikan Anda satu hari ini lalu Anda renungkan, semoga dengan kebaikan yang saya lakukan sampai malam hari ini dari tadi pagi, akan membuahkan sebahagian untuk saya sekeluarga dan juga semua makhluk yang berada di sekita saya. Semua makhluk yang pernah berhubungan karma dengan saya. Ucapkanlah itu beberapa kali, kemudian semoga semua makhluk hidup berbahagia. Plek, tidur nyaman, enak. Tiap malam Anda boleh kerjakan seperti itu, merenungkan kebajikan Anda, limpahkanlah jasanya semoga semua makhluk berbahagia, semua makhluk yang berhubungan karma dengan saya berbahagia, Anda boleh ucapkan itu dan Anda istirahat.
Lalu bagaimana kalau leluhur Anda ada yang tidak di Indonesia, atau tidak di surabaya. Mungkin keluarga Anda ada yang dimakamkan di Sentong Baru, atau dimakamkan di Kalimantan, di Sulawesi atau bahkan di luar negeri. Apakah bisa perlimpahan jasa? Bisa. Bagaimana logikanya? Anda sekarang di Surabaya di Vihara ini, coba Anda memikir rumah Anda yang di Surabaya. Begitu Anda berfikit, rumah Anda langsung terbayang betul betul. Ah, sekarang bayangkan kota Jakarta, mungkin Anda punya rumah disana, begitu Anda terpikir, bayangan itu ada. Sekarang bayangkan kalau Anda pergi keluar negeri, mana yang pernah Anda kunjungi, bayangkan, muncul. Nah, pikiran geraknya sangat cepat.
Begitu Anda berpikir, bayangan itu muncul. Demikian pula dengan leluhur kita, sanak keluarga kita, semua makhluk yang pernah berhubugnan karma dengan kita. Dimanapun mereka berada, pada saat kita berpikir, pada saat itu juga tembus pada mereka semua.
Oleh karena itu, saudara saudaram tiap malam, Anda boleh kerjakan perlimpahan jasa, kepada siapapun juga, khususnya kepada semua makhluk yang pernah berhubungan karma dengan ikita, maka akhirnya apabila mereka selalu kita buat bahagia dengan perlimpahan jasa ini. Mereka selalu bisa berpikir bahagia. Berpikir positif para makhluk tersebut, karena perbuatan baik kita. Maka mereka bisa meninggal dari alamnya karena sudah cukup karma baiknya dan terlahir di alam yang lebih baik.
Ini karena perlimpahan jasa yang kita berikan terus menerus, sedangkan kita yang memberikan perlimpahan jasa yang terus menerus, kita pun juga akan mendapatkan kebaikan itu sendiri. Karena sesungguhnya di dalam Dhamma, siapa yang menanam dia yang akan panen. Menanam padi tumbuh padi.
Kalau sekarang kita menanam kebajikan maka sesungguhnya kita pun juga akan mendapatkan kebahagiaan. Para leluhur, sanak keluarga kita, semua makhluk yang pernah berhubungan karma dengan kita, itu adalah objek bagi kita untuk melakukan kebajikan. Cobalah tiap malam kita limpahkan jasa kebaikan kita selama satu hari penuh kepada mereka semua, karena sesungguhnya, makhluk makhluk yang berada di sekitar kita, bukan makhluk jahat. Dia hanya ingin kita berbagi dengan mereka seperti Paritta Tirrokudha Sutta yang dibacakan tadi. Sebetulnya disitu dijelaskan bahwa para leluhur kita, mereka menanti di dinding dinding, di gerbang gerbang, di persimpangan jalan ketika kita lewat, mereka lihat, mereka berteriak. Tetapi kita tidak pernah kenal dengan mereka ketika kita sedang berbahagia mengadakan pesta pora, kita tidak pernah mengundang mereka, karena kalau mereka datang kita malah takut. Karena itu kita harus melimpahkan jasa ini, setiap malam Anda ucapkan perlimpahan jasa ini maka Anda melakukan kebajikan dan Anda pun menolong mereka keluar dari alam penderitaan untuk terlahir di alam bahagia.
Oleh karena itu, sesungguhnya di dalam Dhamma disampaikan bahwa melaksanakan Dhamma di dalam kehidupan sehari hari akan membuahkan kebahagiaan. Melaksanakan Dhamma bermacam macam, mengembangkan kebajikan, melaksanakan Sila dengan melatih Pancasila Buddhis misalnya, tidak membunuh, mencuri, melanggar kesusilaan, berbohong dan mabuk mabukan. Ini pun bisa kita limpahkan jasanya.
Melaksanakan kekuatan Meditasi, kita bersamadhi, melakukan konsentrasi, itupun juga bisa kita limpahkan jasa kita, karena bukan hanya kebaikan lewat materi saja yang bisa kita limpahkan. Tetapi kebajikan dengan tenaga, dengan ucapan, dengan pikiran dalam bermeditasi itupun juga kita bisa limpahkan. Kebajikan yang kita lakukan ini akan berbuah didalam diri kita.
Namun perlimpahan jasa ini pun akan membahagiakan sanak keluarga kita yang pernah berhubungan karma dengan kita. Oleh karena itu saudara – saudara, mulailah dalam acara perlimpahan jasa ini, kita mengubah cara berpikir kita. Jangan takut dengan makhluk halus karena sesungguhnya banyak diantara mereka justru mereka yang pernah berhubungan karma dengan kita. Merekalah obyek untuk kita tolong bersama. Semoga dengan kekuatan kebajikan yang Anda lakukan, pada malam hari ini, akan membuahkan kebahagiaan untuk para sanak keluarga Anda yang telah meninggal. Juga semua makhluk yang pernah berhubungan karma dengan kita semua, semoga mereka semua berbahagia di alam kelahiran yang sekarang, kemudian juga dengan kebajikan yang kita memiliki semoga akan membuahkan kebahagiaan karena melaksanakan Dhamma didalam kehidupan sehari hari akan membuahkan kebahagiaan untuk kita, kebahagiaan untuk semua makhluk. Semoga semua makhluk, baik yang tampak maupun tak tampak akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan sesuai dengan kondisi karmanya masing masing.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
Sadhu... sadhu...sadhu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung ke pariyattidhamma.blogspot