Benda-benda Persembahan
1. Lilin
Lilin yang telah dinyalakan bermakna memberikan penerangan atau cahaya yang menerangi jalan kehidupan dan penghidupan di waktu sekarang. Cahaya Buddha Dharma menerangi hati dan pikiran kita, dengan selalu membimbing kita ke jalan yang benar, dan membawa kita ke jalan penerangan/pencerahan agung.
2. Air
Persembahan air mempunyai makna agar pikiran, ucapan dan perbuatan anda selalu bersih. Air dapat membersihkan segala kotoran bathin yang berasal dari keserakahan ,kebencian, dan kebodohan /kegelapan bathin dan ia memancarkan kasih sayang, Welas asih, memiliki rasa simpati dan keseimbangan bathin.
Persembahan air mempunyai makna agar pikiran, ucapan dan perbuatan anda selalu bersih. Air dapat membersihkan segala kotoran bathin yang berasal dari keserakahan ,kebencian, dan kebodohan /kegelapan bathin dan ia memancarkan kasih sayang, Welas asih, memiliki rasa simpati dan keseimbangan bathin.
3. Dupa
Dupa dengan wangi khasnya selain berguna untuk membersihkan udara dan lingkungan (Dharmadatu), juga membuat suasana menjadi religius, membuat hati menjadi khusuk. Harumnya dupa yang menyebar ke segenap penjuru sama halnya dengan harumnya perbuatan mulia dan nama baik seseorang, yang bahkan menyebar ke segala penjuru sekalipun berlawanan arah angin.
Dupa dengan wangi khasnya selain berguna untuk membersihkan udara dan lingkungan (Dharmadatu), juga membuat suasana menjadi religius, membuat hati menjadi khusuk. Harumnya dupa yang menyebar ke segenap penjuru sama halnya dengan harumnya perbuatan mulia dan nama baik seseorang, yang bahkan menyebar ke segala penjuru sekalipun berlawanan arah angin.
4. Buah
Mempersembahkan buah di meja altar bukan dimaksudkan untuk dipersembahkan agar disantap oleh Sang Buddha atau para Dewa. Persembahan buah mempunyai makna hasil dari proses kehidupan, bahwa benih perbuatan buruk/kejahatan akan tumbuh dan berbuah keburukan/kejahatan pula, begitu juga perbuatan baik akan berbuah kebaikan.
Mempersembahkan buah di meja altar bukan dimaksudkan untuk dipersembahkan agar disantap oleh Sang Buddha atau para Dewa. Persembahan buah mempunyai makna hasil dari proses kehidupan, bahwa benih perbuatan buruk/kejahatan akan tumbuh dan berbuah keburukan/kejahatan pula, begitu juga perbuatan baik akan berbuah kebaikan.
Persembahan makanan biasanya berupa buah-buahan dan manisan, sama sekali menjauhkan makanan yang berasal dari hasil penganiayaan/pembunuhan makhluk hidup.
Tradisi di India pernah mengenal persembahan makanan sebagai kurban untuk dewa. berbagai jenis makanan, hasil bumi dan ternak dilemparkan ke dalam api pemujaan. Buddha menolak kebiasaan itu. Dalam Bhuridatta Jataka dinyatakan pemujaan pada api atau persembahan kepada dewa semacam itu sebagai kebodohan. (Praktik tahayul ).
5. Bunga
Bunga mempunyai makna ketidak-kekalan, semua yang berkondisi adalah tidak kekal atau tidak abadi. Demikian juga dengan badan jasmani kita adalah tidak kekal; lahir, tumbuh, tua/lapuk, kemudian meninggal/hancur. Yang tertinggal hanyalah keburukan atau keharuman perbuatan selama hidupnya saja, yang kelak dikenang oleh sanak saudara dan handai taulan.
Bunga mempunyai makna ketidak-kekalan, semua yang berkondisi adalah tidak kekal atau tidak abadi. Demikian juga dengan badan jasmani kita adalah tidak kekal; lahir, tumbuh, tua/lapuk, kemudian meninggal/hancur. Yang tertinggal hanyalah keburukan atau keharuman perbuatan selama hidupnya saja, yang kelak dikenang oleh sanak saudara dan handai taulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke pariyattidhamma.blogspot