Ketika Pangeran Siddhattha menginjak usia
kanak-kanak, Raja Suddhodana mengajaknya ke perayaan membajak yang sudah
menjadi tradisi Kerajaan Sakka. Raja juga turut membajak bersama para petani
dengan memakai alat bajak yang terbuat dari emas. Perayaan berlangsung sangat
menarik, sehingga para dayang yang bertugas untuk menjaga Pangeran Siddhattha
malah meninggalkannya. Di sana, Pangeran kecil pun melihat satu fenomena
kehidupan yang cukup membuatnya heran. Di sana Pangeran melihat seekor cacing
yang dimakan oleh seeokor katak, kemudian katak itu dimangsa oleh seekor ular,
dan kemudian ular itu diterkam oleh seekor burung untuk kemudian dimakannya.
Pangeran pun tertegun dengan kejadian itu. Dalam benaknya, ia berpikir bahwa
kebahagiaan di kehidupan hanyalah sementara, karena kelak akan tiba saatnya
menderita. Pangeran juga merasa heran kenapa banyak makhluk yang harus
menderita seperti ini, dan terus menjalani kehidupan yang penuh dengan rasa
ketakutan dan kesenangan semu. Pangeran lalu merenungkannya di bawah pohon
jambu pada tengah hari saat itu. Ketika para dayang kembali, mereka terheran
melihat Pangeran Siddhattha sedang duduk bersila dan tidak menghiraukan
sekelilingnya. Mereka lantas melaporkan hal ini kepada Raja. Raja Suddhodana
pun lekas menengok putranya bersama semua orang di perayaan itu. Raja
Suddhodana dan orang-orang pun terheran ketika melihat Pangeran Siddhattha.
Mereka juga melihat keajaiban, dimana jatuhnya bayangan pohon jambu tidak
mengikuti arah sinar matahari, namun tetap memayungi Pangeran Siddhattha yang
sedang bermeditasi. Melihat kejadian ini, untuk kedua kalinya Raja Suddhodana
memberi hormat kepada anaknya.
Ketika Pangeran berusia tujuh tahun, Raja
memerintahkan untuk membuat tiga buah kolam di halaman istana untuk ditanami
Bunga Teratai. Satu kolam ditanami bunga teratai berwarna biru (Upalla), satu
kolam ditanami bunga teratai berwarna merah (Paduma), dan kolam lainnya dengan
bunga teratai berwarna putih (Pundarika). Raja juga memesan wewangian, pakaian,
dan tutup kepala dari Negeri Kasi, yang waktu itu merupakan negeri penghasil
barang bermutu tinggi. Pelayan-pelayan diperintahkan untuk melindungi Pangeran
Siddhattha dengan sebuah payung yang indah kemanapun Pangeran pergi, baik siang
maupun malam sebagai lambang keagungannya. Setelah usianya cukup, Pangeran
Siddhattha pun dibawa pada seorang guru bernama Visvamitta. Pangeran diberikan
pelajaran berbagai ilmu pengetahuan. Pangeran Siddhattha dapat memahami semua
pelajaran dalam waktu yang singkat, sehingga tidak ada lagi yang dapat diajarkan
kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke pariyattidhamma.blogspot