Dari tepi Sungai Anoma,
Pangeran Siddhattha lalu pergi ke kebun mangga di Anupiya dan berdiam di sana
sampai tujuh hari. Suatu pagi Pangeran berjalan ke arah Rajagaha untukpindapata (berjalan
dengan mangkuk dan menerima pemberian makanan dari para penduduk). Di sana
Pangeran (Petapa Gotama) menolong sekawanan domba-domba yang akan disembelih
oleh satu kelompok aliran kepercayaan di Pandavapabbata. Pangeran lalu
menjelaskan betapa hal itu adalah kesia-siaan, dan akhirnya penyembelihan domba
itu pun tidak sampai terjadi. Raja Bimbisara terkesima dengan kebijaksanaan
Petapa Gotama. Raja Bimbisara pun mengundang Petapa Gotama untuk tinggal di
kerajaannya dan membabarkan ajarannya kepada banyak orang. Tetapi Petapa Gotama
menolaknya dan menjawab:
“Terima kasih banyak, Baginda. Aku sangat mencintai orang tuaku, istriku, anakku, Anda sendiri, dan semua makhluk di dunia ini. Aku belum mencapai Pencerahan Sempurna. Aku hendak mencari obat untuk menghentikan usia tua, sakit dan mati. Karena itulah aku masih ingin melanjutkan perjalananku.”
Raja Bimbisara kemudian menjawab:
“Kalau itu menjadi
keputusanmu, aku juga tidak akan memaksa. Tapi berjanjilah bila Anda sudah
mendapatkan obat itu, maka jangan lupa untuk mengunjungi Rajagaha kembali.”
Dan Petapa Siddhattha mengiyakan permintaan Raja Bimbisara itu: “Baiklah, Baginda, aku berjanji.”
Dari Rajagaha, Petapa Siddhattha meneruskan perjalanannya dan sampai di tempat Petapa Alara Kalama. Di tempat ini Petapa Gotama berguru pada Petapa Alara Kalama. Petapa Gotama diajari tentang cara-cara bermeditasi dan pengertian tentang Hukum Kamma dan konsep Tumimbal Lahir (proses penerusan kehidupan). Dalam waktu yang singkat, ia sudah menyamai kepandaian gurunya. Petapa Gotama merasa semua pengetahuan yang diajarkan gurunya ini masih belum bisa mengakhiri usia tua, sakit dan mati. Maka Petapa Gotama pun mohon diri dan melanjutkan pengembaraannya. Di tempat lain, Pertapa Gotama bertemu dengan Pertapa Uddaka Ramaputta dan ia pun melatih diri bersamanya. Uddaka Ramaputta terkenal sebagai petapa yang hebat di zaman itu. Di sana Petapa Gotama dan Petapa Uddaka Ramaputta mengembangkan cara bermeditasi yang paling tinggi sehingga dapat mencapai keadaan “bukan-pencerapan dan bukan bukan-pencerapan”. Dalam waktu yang singkat, Petapa Gotama berhasil mencapai tingkat kemampuan yang tinggi. Karena itu Petapa Gotama diminta untuk menjadi mitra dan membantu untuk mengajarkan semua ilmunya kepada murid-murid Uddaka Ramaputta yang banyak sekali. Karena semua pengetahuan yang ia miliki sekarang masih juga belum berhasil mengakhiri usia tua, sakit dan mati, maka Petapa Gotama pun mohon diri dan kembali meneruskan pengembaraannya.
Dan Petapa Siddhattha mengiyakan permintaan Raja Bimbisara itu: “Baiklah, Baginda, aku berjanji.”
Dari Rajagaha, Petapa Siddhattha meneruskan perjalanannya dan sampai di tempat Petapa Alara Kalama. Di tempat ini Petapa Gotama berguru pada Petapa Alara Kalama. Petapa Gotama diajari tentang cara-cara bermeditasi dan pengertian tentang Hukum Kamma dan konsep Tumimbal Lahir (proses penerusan kehidupan). Dalam waktu yang singkat, ia sudah menyamai kepandaian gurunya. Petapa Gotama merasa semua pengetahuan yang diajarkan gurunya ini masih belum bisa mengakhiri usia tua, sakit dan mati. Maka Petapa Gotama pun mohon diri dan melanjutkan pengembaraannya. Di tempat lain, Pertapa Gotama bertemu dengan Pertapa Uddaka Ramaputta dan ia pun melatih diri bersamanya. Uddaka Ramaputta terkenal sebagai petapa yang hebat di zaman itu. Di sana Petapa Gotama dan Petapa Uddaka Ramaputta mengembangkan cara bermeditasi yang paling tinggi sehingga dapat mencapai keadaan “bukan-pencerapan dan bukan bukan-pencerapan”. Dalam waktu yang singkat, Petapa Gotama berhasil mencapai tingkat kemampuan yang tinggi. Karena itu Petapa Gotama diminta untuk menjadi mitra dan membantu untuk mengajarkan semua ilmunya kepada murid-murid Uddaka Ramaputta yang banyak sekali. Karena semua pengetahuan yang ia miliki sekarang masih juga belum berhasil mengakhiri usia tua, sakit dan mati, maka Petapa Gotama pun mohon diri dan kembali meneruskan pengembaraannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke pariyattidhamma.blogspot