Kamis, 07 Desember 2017

HIDUP BAHAGIA & MENGHINDARI PENDERITAAN

Sabbapapassa akaranam, Kusalassupasampada,
Sacittapariyodapanam, Etam Buddhana sasanam.
Tak melakukan kejahatan, Mengembangkan kebajikan,
Menyucikan pikiran sendiri, Ini adalah ajaran Para Buddha.

Kebanyakan umat manusia tidak mengerti apa yang menyebabkan kebahagiaan, dan apa yang penyeba kebahagiaan. Di dalam ajaran Sang Buddha di jelaskan bahwa ‘setiap perbuatan yang  diandasi oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, akan menimbulkan penderitaan. Dan tiap perbuatan yang dilandasi oleh lenyapnya/musnahnya keserakahan, kebencian & kebodohan akan membuahkan kebahagiaan.
Sekarang kita ingin membahas tentang tiga jenis orang yang mempraktikan ajaran Sang Buddha, yaitu:
1.       Orang pada tingkat terendah menginginkan kebahagiaan dan menolak penderitaan atau tidak mau terlahir di alam-alam yang rendah. Oleh karena itu, ia mempraktikan ajaran Sang Buddha dengan maksud supaya kelak bisa dilahirkan sebagai manusia atau terlahir di alam-alam dewa. Sehingga ia tidak mempunyai kekuatan & keberanian untuk sama sekali meninggalkan keduniawian. Ia hanya menginginkan yang terbaik dari dunia, ia menghindari yang buruk. Oleh karena itu, ia menjalankan ajaran Sang Buddha agar terlahir di alam yang lebih tinggi.
2.       Sedangkan orang yang berada ditingkat madya, mengerti bahwa segala hal yang bersifat keduniawian, tidak peduli dilahirkan di alam mana pada dasarnya mengandung penderitaan; bagaikan api yang sifat dasarnya adalah panas. Ia ingin lepas daripadanya & mencapai nibbana (suatu  keadaan di mana semua penderitaan lenyap.
3.       Orang yang berada pada tingkat paling atas akan menyadari bahwa,seperti ia sendiri tidak menginginkan penderitaan namun mengharapkan kebahagiaan, demikian pula semua makhluk memiliki kekhawatiran & pengharapan yang sama. Dan karena hubungan kita dengan semua tsb, orang yang mulia adalah ia yang mempraktikan ajaran Sang Buddha demi kebahagiaan semua makhluk.

Bagaimana cara mempraktikkannya?

Di dalan proses belajar & mempraktikkan Buddhism ada dua hal yang sangat penting, yaitu: meditasi & empat renungan. Empat renungan itu adalah:
1.       Bahwa sungguh sulit untuk dapat terlahir sebagai manusia.
2.       Bahwa segala sesuatu yang berkodisi adalah tidak kekal adanya.
3.       Bahwa eksistensi keduniawian (enam alam kehdupan) yang mengandung penderitaan.
4.       Perenungan tentang Hukum Kamma (hukum sebab akibat).

1)      Renungan yang pertama, adalah betapa sulitnya untuk dilahirkan sebagai manusia. Mengapa dikatakan sulit untuk terlahir sebagai manusia? Jadi yang menyebabkan makhluk terlahir sebagai manusia karena dilakukannya perbuatan baik dan mentaati tata-susila yang benar, dan sangat sedikit orang yang mampu menyadarinya, itulah sebabnya kelahiran sebagai manusia menjadi sangat sulit. Karena pada dasarnya, jauh lebih mudah untuk dilahirkan di alam-alam lain. Sebagai contoh, diumpamakan seperti seekor kura-kura buta yang tinggal di dasar samudra. Ada sebuah gandar yang terapung di atas permukaan, kura-kura itu muncul ke permukaan sekali dalam 100 tahun, meskipun demikian kesempatan untuk meletakan lehernya di atas gandar tersebut, namun masih jauh lebih mudah dibanding kesempatan untuk terahir sebagai manusia.
Pandangan umum, bahwa manusia itu jumlahnya sangat banyak, tetapi dibandingkan dengan jumlah makhluk lain, baru kita sadar bahwa betapa sangat sedikit sekali orang terlahir sebagai manusia (misalnya, di dalam tubuh kita saja ada berjuta-juta bakteri, virus, cacing dll)
Di dalam Dhamma ada 8 tempat tmimbal lahir yang tidak menguntungkan (Attha duttha khana), yaitu: alam-alam neraka, setan kelaparan, binatang, lahir dimana tidak ada kelahiran Sammasambuddha, lahir di alam Asannyisata (alam dewa tertentu), lahir sebagai orang** biadab, lahir sebagai orang cacat mental, dan sebagai orang bisu-tuli.
Bila kita terlahir sebagai manusia, ada 10 kondisi yang diperlukan, yaitu: terlahir dimana ada kelahiran Sammasambuddha, tempat dimana Sang Buddha mengajarkan kebenaran, tempat dimana Ajaran tsb masih dikenal dengan baik, tempat dimana guru-guru mengajar dengan penuh Kasih sayang, & tenpat dimana masih ada pengikut Buddha, yaitu: para Bhikkhu & umat awam. Selain itu 5 faktor luar dimana yang harus dipenuhi, yaitu; seseorang tidak melakukan atau melanggar salah satu dari pelanggaran berat (Garukakamma), yaitu: membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh seorang Arahat, melukai seorang Buddha, & memecah belah Sangha; sebab ini akan menciptakan rintangan yang sangat besar & berat.

2)      Renungan yang kedua, adalah perenungan terhadap Anicca (ketidakkekalan). Bahwa segala sesuatu yang berkodisi pasti akan mengalami perubahan, seperti perubahan cuaca, hujan, panas, dingin, gugur; anak tumbuh menjadi remaja, dewasa, tua-sakit & mati; kondisi fisik yang berubah uban mulai muncul, gigi menjadi ompong, kulit mulai keriput, jalan sempoyongan dsb. Jadi tidak suatu apapun yang dapat menghindari hukum perubahan atau ketidakkekalan. Mengingat bahwa tidak ada yang bisa terhindar dari perubahan maka tak seorang pun mengetahui kapa ini akan berakhir.
Ada dua hal tentang kematian yang kita ketahui; kematian pasti datang tapi kita tidak tahu kapan datang. Ia bisa datang setiap saat tanpa permisi, dan penyebabnya ada banyak faktor baik dari dalam maupun dari luar. Dengan merenungkan ketidakkekalan kita akan termotifasi untuk mempraktikan Dhamma & akan membantu langkah kita dalam menghadapi segala fenomena ini. Praktik Damma Sang Buddha yang sangat mudah dan simple adalah tidak melakukan kejahatan & mengembangkan kebajikan, dengan mempraktikkan Ajaran ini akan bahagia hidupnya, baik kehidupan sekarang maupun yang akan datang.

3)      Renungan ketiga, adalah merenungkan enam eksistensi (enam alam kehidupan) yang diliputi oleh penderitaan, yaitu: tiga macam penderitaan itu derita karena penderitaan; penderitaan karena perubahan; & derita karena eksistensi yang bersyarat.
a)      Derita yang pertama adalah derita biasa sperti sakit perut, sakit kepala, pegal, diare dsb. itulah penderitaan yang diterima sebagai penderitaan.
b)      Penderitaan yang disebabkan karena adanya perubahan, yaitu: usia tua, kematian, berkumpul dengan yang tidak disenangi, berpisah dengan yang disenangi dsb. Tak ada sesuatu pun yang tidak berubah dan karenanya kita pun mengalami penderitaan karena perubahan.
c)       Penderitaan karena eksistensi yang bersyarat artinya ketidakpuasan terhadap kegiatan duniawi. Kita selalu melakukkan banyak hal tetapi tak pernah merasa puas, & ketika tak dapat melakukkannya timbul frustasi. Inilah penderitaan yang disebabkan oleh eksistensi yang bersyarat.
d)      Alam dewa, mereka banyak menikmati kesenangan & umurnya amat panjang, tetapi cepat atau lambat usia tua serta kematian akan menghampirinya. Karena mereka tak berbuat apa-apa kecuali bersenang-senang, tak mengumpilkan kebajikan maka mereka akan terjatuh ke dalam keadaan yang amat menderita.
e)      Alam kelima adalah makhluk setengah dewa yang selalu terlibat perang dengan para dewa, karena irihati & kecemburuannya. Oleh karena itu, dengan sendirinya mereka akan menderita dalam kehidupan yang akan datang.
f)       Terakhir adalah alam binatang, dimana penyebab kelahiran di alam tersebut adalah kebodohan. Makhluk dari ketiga alam yang paling rendah hanya mengalami derita karena penderitaan; manusia mengalami ketiganya, tapi yang utama adalah dua yang pertama; sementara para dewa terutama mengalami dua yang terkhir.

4)      Perenungan yang terakhir, adalah perenungan terhadap Hukum kamma (hukum sebab & akibat). Menurut pandangan Buddhis, segala sesuatu yang kita miliki adalah akibat dari perbuatan di masa lalu & perbuatan di masa sekarang. Konkritnya jika anda ingin mengetahuinya apa yang telah anda lakukan di masa lalu, lihatlah kondisi sekarang; dan apabila ingin melihat masa yang akan datang maka lihatlah apa yang kita perbuat di masa kini. Sebagai umat Buddha kita tahu bahwa setiap hari kita disuruh untuk merenungkan tentang perenungan Hukum Kamma, yaitu:

Marilah kita membaca perenungan kerap kali,
Aku wajar mengalami usia tua, Aku takkan mampu menghindari usia tua;
Aku wajar menyandang penyakit, Aku takkan mampu menghindari penyakit;
Aku wajar mengalami kematian, Aku takkan mampu menghindari kematian;
Segala milikku yang kucintai & kusenangi akan berubah, akan terpisah dariku;
Aku adalah pemilik perbuatanku sendiri, Terwarisi oleh perbuatanku sendiri,
Lahir dari perbuatanku sendiri, Berhubungan dengan perbuatanku sendiri,
Perbuatan apa pun yang kulakukan, baik atau buruk, perbuatan itulah yang akan kuwarisi.

Dengan merenungkan perenungan ini setiap hari, maka akan membuat kita sadar bahwa apa pun yang kita alami selama ini adalah buah dari perbuatan kita sendiri. Jadi untuk mengharapkan kebahagiaan kita harus melakukan kebajikan bukan dengan cara menjadi pengemis spiritual seperti yang telah kita lakukan selama ini. Dan penderitaan yang kita alami sekarang ini merupakan buah dari perbuatan buruk yang kita lakukan selama ini sehingga tidak ada campur tangan dari makhluk lain. Jika kita tidak ingin menderita, hindarilah sebabnya. Apabila tak ada sebab maka tak akan ada akibat; sama seperti pohon yang telah dicabut maka pohon tersebut tak akan menghasilkan buah lagi. Jika kita ingin hidup bahagia maka harus memelihara panyebab kebahagiaan tersebut, yaitu dengan tidak melakukan kejahatan, mengembangkan kebajikan & membersihkan pikiran sendiri inilah yang merupakan penyebab kebahagiaan & inti dari Ajaran Guru Agung Sang Buddha.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung ke pariyattidhamma.blogspot