Sabbapapassa
akaranam, Kusalassupasampada,
Sacittapariyodapanam,
Etam Buddhana sasanam.
Tak
melakukan kejahatan, Mengembangkan kebajikan,
Menyucikan
pikiran sendiri, Ini adalah ajaran Para Buddha.
Kebanyakan umat
manusia tidak mengerti apa yang menyebabkan kebahagiaan, dan apa yang penyeba
kebahagiaan. Di dalam ajaran Sang Buddha di jelaskan bahwa ‘setiap perbuatan
yang diandasi oleh keserakahan,
kebencian dan kebodohan batin, akan menimbulkan penderitaan. Dan tiap perbuatan
yang dilandasi oleh lenyapnya/musnahnya keserakahan, kebencian & kebodohan
akan membuahkan kebahagiaan.
Sekarang kita
ingin membahas tentang tiga jenis orang yang mempraktikan ajaran Sang Buddha,
yaitu:
1. Orang pada tingkat terendah menginginkan kebahagiaan dan menolak
penderitaan atau tidak mau terlahir di alam-alam yang rendah. Oleh karena itu,
ia mempraktikan ajaran Sang Buddha dengan maksud supaya kelak bisa dilahirkan
sebagai manusia atau terlahir di alam-alam dewa. Sehingga ia tidak mempunyai
kekuatan & keberanian untuk sama sekali meninggalkan keduniawian. Ia hanya
menginginkan yang terbaik dari dunia, ia menghindari yang buruk. Oleh karena
itu, ia menjalankan ajaran Sang Buddha agar terlahir di alam yang lebih tinggi.
2. Sedangkan orang yang berada ditingkat madya, mengerti bahwa segala hal
yang bersifat keduniawian, tidak peduli dilahirkan di alam mana pada dasarnya
mengandung penderitaan; bagaikan api yang sifat dasarnya adalah panas. Ia ingin
lepas daripadanya & mencapai nibbana (suatu
keadaan di mana semua penderitaan lenyap.
3. Orang yang berada pada tingkat paling atas akan menyadari bahwa,seperti
ia sendiri tidak menginginkan penderitaan namun mengharapkan kebahagiaan,
demikian pula semua makhluk memiliki kekhawatiran & pengharapan yang sama.
Dan karena hubungan kita dengan semua tsb, orang yang mulia adalah ia yang
mempraktikan ajaran Sang Buddha demi kebahagiaan semua makhluk.
Bagaimana
cara mempraktikkannya?
Di dalan proses belajar & mempraktikkan Buddhism ada dua hal yang
sangat penting, yaitu: meditasi & empat renungan. Empat renungan itu
adalah:
1. Bahwa sungguh sulit untuk dapat terlahir sebagai manusia.
2. Bahwa segala sesuatu yang berkodisi adalah tidak kekal adanya.
3. Bahwa eksistensi keduniawian (enam alam kehdupan) yang mengandung
penderitaan.
4. Perenungan tentang Hukum Kamma (hukum sebab akibat).
1) Renungan yang pertama, adalah betapa sulitnya untuk dilahirkan sebagai
manusia. Mengapa dikatakan sulit untuk terlahir sebagai manusia? Jadi yang
menyebabkan makhluk terlahir sebagai manusia karena dilakukannya perbuatan baik
dan mentaati tata-susila yang benar, dan sangat sedikit orang yang mampu
menyadarinya, itulah sebabnya kelahiran sebagai manusia menjadi sangat sulit.
Karena pada dasarnya, jauh lebih mudah untuk dilahirkan di alam-alam lain.
Sebagai contoh, diumpamakan seperti seekor kura-kura buta yang tinggal di dasar
samudra. Ada sebuah gandar yang terapung di atas permukaan, kura-kura itu
muncul ke permukaan sekali dalam 100 tahun, meskipun demikian kesempatan untuk
meletakan lehernya di atas gandar tersebut, namun masih jauh lebih mudah
dibanding kesempatan untuk terahir sebagai manusia.
Pandangan umum, bahwa manusia itu jumlahnya sangat banyak, tetapi
dibandingkan dengan jumlah makhluk lain, baru kita sadar bahwa betapa sangat
sedikit sekali orang terlahir sebagai manusia (misalnya, di dalam tubuh kita
saja ada berjuta-juta bakteri, virus, cacing dll)
Di dalam Dhamma ada 8 tempat tmimbal lahir yang tidak menguntungkan
(Attha duttha khana), yaitu: alam-alam neraka, setan kelaparan, binatang, lahir
dimana tidak ada kelahiran Sammasambuddha, lahir di alam Asannyisata (alam dewa
tertentu), lahir sebagai orang** biadab, lahir sebagai orang cacat mental, dan
sebagai orang bisu-tuli.
Bila kita terlahir sebagai manusia, ada 10 kondisi yang diperlukan,
yaitu: terlahir dimana ada kelahiran Sammasambuddha, tempat dimana Sang Buddha
mengajarkan kebenaran, tempat dimana Ajaran tsb masih dikenal dengan baik,
tempat dimana guru-guru mengajar dengan penuh Kasih sayang, & tenpat dimana
masih ada pengikut Buddha, yaitu: para Bhikkhu & umat awam. Selain itu 5
faktor luar dimana yang harus dipenuhi, yaitu; seseorang tidak melakukan atau
melanggar salah satu dari pelanggaran berat (Garukakamma), yaitu: membunuh ibu,
membunuh ayah, membunuh seorang Arahat, melukai seorang Buddha, & memecah
belah Sangha; sebab ini akan menciptakan rintangan yang sangat besar &
berat.
2) Renungan yang kedua, adalah perenungan terhadap Anicca
(ketidakkekalan). Bahwa segala sesuatu yang berkodisi pasti akan mengalami
perubahan, seperti perubahan cuaca, hujan, panas, dingin, gugur; anak tumbuh
menjadi remaja, dewasa, tua-sakit & mati; kondisi fisik yang berubah uban
mulai muncul, gigi menjadi ompong, kulit mulai keriput, jalan sempoyongan dsb.
Jadi tidak suatu apapun yang dapat menghindari hukum perubahan atau
ketidakkekalan. Mengingat bahwa tidak ada yang bisa terhindar dari perubahan
maka tak seorang pun mengetahui kapa ini akan berakhir.
Ada dua hal tentang kematian yang kita ketahui; kematian pasti datang
tapi kita tidak tahu kapan datang. Ia bisa datang setiap saat tanpa permisi,
dan penyebabnya ada banyak faktor baik dari dalam maupun dari luar. Dengan
merenungkan ketidakkekalan kita akan termotifasi untuk mempraktikan Dhamma
& akan membantu langkah kita dalam menghadapi segala fenomena ini. Praktik
Damma Sang Buddha yang sangat mudah dan simple adalah tidak melakukan kejahatan
& mengembangkan kebajikan, dengan mempraktikkan Ajaran ini akan bahagia
hidupnya, baik kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
3) Renungan ketiga, adalah merenungkan enam eksistensi (enam alam
kehidupan) yang diliputi oleh penderitaan, yaitu: tiga macam penderitaan itu
derita karena penderitaan; penderitaan karena perubahan; & derita karena
eksistensi yang bersyarat.
a) Derita yang pertama adalah derita biasa sperti sakit perut, sakit
kepala, pegal, diare dsb. itulah penderitaan yang diterima sebagai penderitaan.
b) Penderitaan yang disebabkan karena adanya perubahan, yaitu: usia tua,
kematian, berkumpul dengan yang tidak disenangi, berpisah dengan yang disenangi
dsb. Tak ada sesuatu pun yang tidak berubah dan karenanya kita pun mengalami
penderitaan karena perubahan.
c) Penderitaan karena eksistensi yang bersyarat artinya ketidakpuasan
terhadap kegiatan duniawi. Kita selalu melakukkan banyak hal tetapi tak pernah
merasa puas, & ketika tak dapat melakukkannya timbul frustasi. Inilah
penderitaan yang disebabkan oleh eksistensi yang bersyarat.
d) Alam dewa, mereka banyak menikmati kesenangan & umurnya amat
panjang, tetapi cepat atau lambat usia tua serta kematian akan menghampirinya.
Karena mereka tak berbuat apa-apa kecuali bersenang-senang, tak mengumpilkan
kebajikan maka mereka akan terjatuh ke dalam keadaan yang amat menderita.
e) Alam kelima adalah makhluk setengah dewa yang selalu terlibat perang
dengan para dewa, karena irihati & kecemburuannya. Oleh karena itu, dengan
sendirinya mereka akan menderita dalam kehidupan yang akan datang.
f) Terakhir adalah alam binatang, dimana penyebab kelahiran di alam
tersebut adalah kebodohan. Makhluk dari ketiga alam yang paling rendah hanya mengalami
derita karena penderitaan; manusia mengalami ketiganya, tapi yang utama adalah
dua yang pertama; sementara para dewa terutama mengalami dua yang terkhir.
4) Perenungan yang terakhir, adalah perenungan terhadap Hukum kamma (hukum
sebab & akibat). Menurut pandangan Buddhis, segala sesuatu yang kita miliki
adalah akibat dari perbuatan di masa lalu & perbuatan di masa sekarang.
Konkritnya jika anda ingin mengetahuinya apa yang telah anda lakukan di masa
lalu, lihatlah kondisi sekarang; dan apabila ingin melihat masa yang akan
datang maka lihatlah apa yang kita perbuat di masa kini. Sebagai umat Buddha
kita tahu bahwa setiap hari kita disuruh untuk merenungkan tentang perenungan
Hukum Kamma, yaitu:
Marilah kita membaca
perenungan kerap kali,
Aku wajar mengalami usia tua,
Aku takkan mampu menghindari usia tua;
Aku wajar menyandang
penyakit, Aku takkan mampu menghindari penyakit;
Aku wajar mengalami kematian,
Aku takkan mampu menghindari kematian;
Segala milikku yang kucintai
& kusenangi akan berubah, akan terpisah dariku;
Aku adalah pemilik
perbuatanku sendiri, Terwarisi oleh perbuatanku sendiri,
Lahir dari perbuatanku
sendiri, Berhubungan dengan perbuatanku sendiri,
Perbuatan apa pun yang
kulakukan, baik atau buruk, perbuatan itulah yang akan kuwarisi.
Dengan
merenungkan perenungan ini setiap hari, maka akan membuat kita sadar bahwa apa
pun yang kita alami selama ini adalah buah dari perbuatan kita sendiri. Jadi
untuk mengharapkan kebahagiaan kita harus melakukan kebajikan bukan dengan cara
menjadi pengemis spiritual seperti yang telah kita lakukan selama ini. Dan
penderitaan yang kita alami sekarang ini merupakan buah dari perbuatan buruk
yang kita lakukan selama ini sehingga tidak ada campur tangan dari makhluk
lain. Jika kita tidak ingin menderita, hindarilah sebabnya. Apabila tak ada
sebab maka tak akan ada akibat; sama seperti pohon yang telah dicabut maka
pohon tersebut tak akan menghasilkan buah lagi. Jika kita ingin hidup bahagia
maka harus memelihara panyebab kebahagiaan tersebut, yaitu dengan tidak
melakukan kejahatan, mengembangkan kebajikan & membersihkan pikiran sendiri
inilah yang merupakan penyebab kebahagiaan & inti dari Ajaran Guru Agung
Sang Buddha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke pariyattidhamma.blogspot