Jumat, 26 Oktober 2018
Senin, 30 Juli 2018
Ketrampilan
👉 Berlatih untuk menjadi trampil bukan berati tranpil itu bakat, melainkan berlatih merupakan proses dari membuat bakat trampil; kendati orang berbakat, jika tidak ada proses untuk berlatih, tidak akan menjadi trampil.
👉 Jika orang telah menjadi trampil dalam bidangnya, ketrampilan selain akan membantu bagi mereka yang trampil; juga bermanfaat bagi orang lain, maupun bermanfaat pada lingkungannya dimana mereka berada.
👉 Tekun dalam berlatih dengan kemauan yang kuat adalah sebab dari trampil, sebaiknya jangan berpikir saya tidak punya bakat trampil, tetapi saya akan membuat bakat trampil, dengan giat untuk berlatih.
👉 Trampil itu bukan bakat, trampil juga bukan karena keturunan, trampil adalah proses dari kemauan untuk berlatih, siapapun bisa trampil dalam bidangnya.
✍ (B.Saddhaviro)
Mengelola Masalah
👉 Tidak semua orang mengetahui bahwa hidup itu satu paket dengan masalahnya, karena tidak mengetahui, maka berharap jika perlu berdoa, agar hidupnya tanpa masalah.
👉 Semakin orang tidak mau menerima masalah sebagai konsekwensi hidup, justru masalah akan semakin berkembang, seperti seseorang sewaktu bercermin terlihat mukanya bertambah tua; Ia tidak mau menerima ketuaan dan marah, dicermin mukanya terlihat semakin tua juga jelek, akibat dari kemarahannya.
👉 Mengetahui masalah adalah satu paket dengan hidup, berusaha untuk menerima sebagai upaya mengelola masalah dalam menjani hidup; maka masalah akan membuat orang menjadi tabah, kreatif, solutif atau kaya untuk mengatasi segala masah, tanpa membuat masalah.
👉 Mengelola masalah karena orang sadar bawah hidup satu paket dengan masalah, ciri dari orang yang bisa mengelola masalah, Ia hanya sebagai obyek tanpa menjadi subyek masalah; bisa hidup bahagia dengan masalah, karena mau menerima masalah, sehingga tidak bermasalah dengan masalah.
✍ (B.Saddhaviro)
Jauh Tapi Dekat
👉 Ungkapan jauh tetapi dekat itu sering kita dengar, bahkan bisa jadi kita juga menggunakan ungkapan tersebut. Dari ungkapan jauh tapi dekat di atas, tentu ada arti maupun makna, yang terkandung pada ungkapan, yang patut untuk ditemukan.
👉 Ketika sifat luhur berupa kasih sayang itu dilatih serta tumbuh berkembang, sehingga saling menyayangi diantara sesema manusia khususnyan; kendati tinggal ditempat yang berbeda maupun berjauhan, namun terasa sangat saling berdekatan, bisa berkomunikasi dengan baik dan mudah untuk berbagi.
👉 Kasih sayang adalah sifat luhur sangat patut untuk dilatih guna dikembangkan, selain fungsinya sebagai pendekat jarak dari batin atau jiwa yang berjauhan, juga penyejuk batin yang digoreng oleh sifat rendah, berupa iri hati dan benci.
👉 Kendati eksistensi berjauhan, jika sifat luhur kasih sayang tumbuh berkembang; jauh bisa menjadi dekat, ketika sudah dekat tidak menjadi melekat, merupakan makna dari kasih sayang.
✍ (B.Saddhaviro)
Kebodohan Batin
👉 Ketika orang tahu bahwa kesel maupun marah itu tidak baik, tetapi masih saja kesel serta marah jika ada persoalan, adalah wujud dari kebodohan batin.
👉 Banyak orang tahu akan kebenaran serta jalan yang benar, tetapi tetap saja masih menjalani hidup dijalan yang salah. Begitu hebatnya kekuatan dari kebodohan batin, memperdaya orang yang tahu kebenaran tetapi tetap tidak mampu, berbuat yang benar.
👉 Jika tidak milik dan bagiannya (karma) tidak akan datang pada dirinya, kendati sudah tahu memang begitu hukumnya; orang berusaha tidak mau menerima, khususnya yang tidak diharapkan. Ketika orang tidak mau menerima sebagai fakta, itu manifestasi dari kebohan batin.
👉 Tahu tetapi tidak mau tahu, tidak bisa namun merasa bisa; mengerti tidak baik serta tanpa manfaat, tetapi terus dilakukan, adalah ciri dari kebodohan batin.
✍ (B Saddhaviro)
Pasti Baik
👉 Berbuat baik pasti akibatnya baik, yang tidak pasti adalah penilaian dari orang, karena ketika berbuat baik, bisa dinilai jelek.
👉 Orang baik pasti dari perbuatannya yang baik, tidak mungkin menjadi baik, tanpa melakukan berbuat baik, karena hanya melalui perbuatan baik, yang pasti bisa baik.
👉 Yang pasti baik adalah perbuatan baik, tidak ada yang lebih baik dari perbuatan baik; mengoleksi benda berharga memang baik, tetapi jika orang sampai lupa berbuat baik, tidak akan memiliki yang paling terbaik.
👉 Memastikan hidup untuk berbuat baik, kendati hidup tidak ada yang pasti; begitu bisa memastikan hidup untuk berbuat baik, pasti hidupnya lebih baik.
✍ (B.Saddhaviro)
Mengenali Sifat
👉 Orang bersifat masa bodoh, ketika dibantu maupun diganggu orang lain, tidak bereaksi apapun; tidak mau tahu dengan orang lain, karena berpikirnya itu bukan urusannya.
👉 Orang bersifat reaktif, ketika orang lain baik pada dirinya, Ia pun membalas dengan kebaikan; namun jika Ia diganggu, akan ganti membalas untuk mengganggu.
👉 Orang bersifat positif, kendati diganggu, tidak membalas mengganggu; apa lagi jika dibantu, Ia akan semakin banyak untuk membantunya.
👉 Sifat bukan harga mati, apa lagi berasumsi bahwa sifat itu tidak bisa diubah sampai mati. Sifat akan terbentuk dari kebiasaan, tidak masa bodoh dan reaktif, tetapi untuk membiasakan hidup berpikir positif, maka akan terbentuk sifat positif
✍ (B.Saddhaviro)
Sifat Buruk
👉 Mudah untuk disadari, tetapi tidak mudah untuk dilenyapkan, adalah sifat buruk dari keserakahan. Sudah tahu bahwa dirinya serakah, tetapi kesulitan untuk mengatasi keserakahan yang telah disadari, dan tetap hidup dengan serakah.
👉 Lain lagi dengan sifat buruk dari kebencian, tidak mudah untuk disadari, tetapi kebencian mudah dilenyapkan. Ketika orang memiliki kepentingan sama, maka kencian dari kedua orang atau kedua pihak akan lenyap.
👉 Yang tidak mudah untuk disadari maupun dilenyapkan adalah, sifat buruk dari kebodohan batin; karena kebohohan batin merupakan akar dari keserakahan, juga akar dari kebencian.
👉 Sifat buruk dari keburukan adalah, ketika orang tidak ada upaya menyadari dan untuk melenyapkan kebodohan batin, keserakahan, maupun kebencian. Hanya karena kesulitan, lalu menyerah pada kesulitan, itulah ciri dari buruknya sifat buruk.
✍ (B.Saddhaviro)
Bercermin
👉 Orang dengan mudah menemukan cermin, karena cermin merupakan kebutuhan untuk bercermin; ketika orang bertata diri, agar bisa mempunyai penampilan lebih baik dan percaya diri.
👉 Cermin selain sarana untuk bertata agar lebih percaya diri, juga mengandung pelajaran bercermin diri, supaya bisa mawas diri, sehingga bisa tahu diri, menempatkan diri dan bisa bawa diri.
👉 Cermin juga bisa menyadarkan orang akan apa yang diterima, sebenarnya adalah milik atau akibat dari perbuatannya sendiri; seperti orang suwaktu bercermin, gambar yang terlihat adalah dirinya sendiri.
👉 Belajar dari cermin ketika bertata, cermin juga sebagai sarana untuk mawas diri, dan bercermin bisa menyadarkan diri apa yang dilakukan, pasti kembali pada dirinya sendiri; sehingga orang tidak melakukan keburukan, hanya berbuat kebaikan.
✍ (B Saddhaviro)
Kerja Kebaikan
👉 Sama orangnya, tetapi belum tentu sama pemikirannya; dan kendati sama memikirnya, belum tentu sama yang dipikirkannya. Begitu seninya orang hidup, sama yang tidak sama, kendati tidak sama, tetapi sama.
👉 Ada orang hidup dalam komunitas sama-sama kerja untuk bersama, sehingga kebersamaan itu memberi kekuatan serta kemanfaatan yang sangat besar; tidak hanya terlihat sama, tetapi tidak bekerja sama.
👉 Ada orang hidup dalam komunitas, terlihat tidak bersama, tetapi bisa kerja sama; kendati yang dikerjakan tidak sama, karena yang penting sama kerjanya, demi manfaat bersama.
👉 Orang bisa kerja sama, atau sama-sama bekerja, yang terpenting mengerjakan kebaikan; karena kesamaan dalam kebersamaan itu pada kebaikan, kendati tidak sama cara serta kerjanya, jika sama bekerja untuk kebaikan, itulah kesamaannya.
✍ (B.Saddhaviro)
Hukumnya
👉 Berbuat sebaik apa pun dimata orang yang tidak suka, tetap terlihat tidak baik; demikian sifat serta hukumnya dari orang yang tidak suka, tidak bisa melihat kebaikan sebagai kebaikan.
👉 Kendati tidak berbuat baik, dimata orang yang menyukainya, akan terlihat baik; begitu sifat serta hukumnya orang yang menyukainya, belum berbuat baik terlihat baik.
👉 Demikian pula pada umumnya serta hukumnya dalam masyarakat, kendati sudah banyak melakukan perbuatan baik; karena kelengahan sehingga orang melakukan perbuatan buruk walaupun kecil, semua kebaikannya terlupakan, hanya keburukannya yang diingat.
👉 Biarlah orang menila sesuai dengan penilaiannya, serta menurut pada umum karena itulah hukmnya. Namun kebaikan tetap kebaikan, tidak bisa menjadi jelek karena dinilai jelek. Begitu pula keburukan tetap keburukan, tidak bisa menjadi baik kendati dinilai baik. Inilah hukum kebenaran, untuk pedoman dan bersikap, dari penilaian orang.
✍ (B.Saddhaviro)
Terima Kasih
👉 Kata terima kasih bukan hanya sering mendengar dari ucapan orang lain, tetapi bisa jadi diri sendiri menggunakan kata terima kasih itu. Kendati sama diucapkan dan menggunakan kata yang sama, tetapi memiliki makna serta arti berbeda, sebab tempat penggunaannya kata terima kasih berbeda.
👉 Orang mengucapkan terima kasih karena dapat bantuan, sehingga kesulitannya berkurang bahkan hilang; oleh sebab itulah yang menjadi alasannya untuk berterima kasih adalah bantuannya. Terima kasih jenis ini biasa dan paling terbanyak.
👉 Orang mengucapkan terima kasih bukan karena dibantu, justru malah membantu dan saat selesai bisa membantu itu malah berterima kasih, kepada orang yang dibantunya, karena telah memberi kesempatan untuk berbut baik. Jenis terima kasih seperti ini tidak banyak, karena berpikir logika berbalik dengan di atas.
👉 Orang mengucapkan terima kasih bukan karena dapat bantuan maupun telah membantu, melainkan pada saat dirinya dihina untuk direndahkan; dengan berpikir melalui penghinaannya karma buruknya berkurang, maka Ia berterima kasih kepada orang yang menggina untuk merendahkan dirinya. Ucapan terima kasih jenis ini, amat sangat sedikit.
✍ (B.Saddhaviro)
Menjadi Terhormat
👉 Tergantung pada bibit yang ditanam, demikian buah yang akan dipanen; begitu pula dalam hidup ini, apa yang datang pada dirinya, itu tidak lain selain miliknya. Jika minta dihormati orang, hendaknya menghormati orang.
👉 Laku hormat, adalah sebab atau langkah awal, dari suatu penghornatan; memulai dengan laku hormat kepada siapa saja, apa lagi kepada orang tua yang patut dihormati, karena telah berjasa, khususnya bagi anak atau anak muda, inilah perlunya dari laku hormat.
👉 Untuk menghormat, adalah suatu pedoman orang menghormat. Ketika orang laku hormat hanya untuk menghormat, berarti melakukan berdasarkan pengertian, dan diwujudkan dengan ketulusan, sesuai pada proses kebenaran yang benar Ia lakukan.
👉 Sebab terhormat, seolah kalimat awal, padahal sebab itu yang amat penting dari sebuah akibat; tidak akan terjadi akibatnya, jika tidak ada sebabnya. Sebab terhormat kata kunci dan yang menjadikan terhormat bagi siapapun orang terhormat.
👉 Merenungkan kalimat LAKU HORMAT, UNTUK MENGHORMAT, SEBAB TERHORMAT, sangat penting; karena mengandung nilai moral ajakan berbuat baik, nilai kebenaran tentang hukum sebab akibat, dan agar hidup sampai tujuan menjadi orang baik.
✍ (B Saddhaviro)
Cinta dan Benci
👉 Sangat mudah untuk dimengerti bahwa cinta adalah berbeda dengan benci, bahkan cinta dan benci itu berlawanan; karena cinta adalah hal positif, sedangkan benci adalah negatif. Tetapi cinta maupun benci ada kesamaannya, tidak obyektif jika digunakan untuk menilai.
👉 Ketika orang terlalu cinta pada seseorang, tidak mengetahui kekurangan orang yang dicintainya; bergitu pula bagi orang yang sangat benci, tidak terlihat kebaikan dari orang yang dibenci. Cinta berbeda dengan benci, namun keduanya memiliki sama tidak obyektif untuk memilai.
👉 Ketika orang telah mengembang kebijaksanaan cinta tidak menjadi subyektif untuk menilai, cinta tidak akan membuta, melainkan bisa melihat sebagai mana adanya. Demikian pula kebijaksanaan berperan untuk mengikis kebencian, yang bersifat subyektifitas.
👉 Sifat luhur dari bijaksana patut untuk dilatih serta dimiliki setiap orang, karena keluhurannya membuat cinta menjadi bijaksana, dan kebencipun bisa terkikis oleh mulianya sifat bijaksana. Negatif bisa menjadi positif, dan positif tidak berubah negatif; jika nenilai kepada siapa mau apa, menjadi obyektif, itulah kebijaksanaan.
✍ (B.Saddhaviro)
Aksi dan Reaksi
👉 Ketika ada aksi negatif dari orang lain, jika dibalas dengan reaksi negatif, apa pun yang menjadi alasannya; reaksi negatif tetap negatif, karena tidak bisa mengendalikan aksi negatif.
👉 Ketika ada aksi negatif dari orang lain, jika dibalas dengan reaksi positif, kendati tanpa alasan apapun; reaksi positif tetap positif, karena tidak terpancing oleh aksi negatif.
👉 Ketika ada aksi positif dari orang lain, jika dibalas dengan reaksi negatif, beralasan maupun tanpa alasan; aksi positif dari orang lain tetap positif, karena aksi positif tidak terpengaruh oleh reaksi negatif.
👉 Ketika ada aksi positif dari orang lain, jika dibalas dengan reaksi positif, maka inilah terbaik diantara aksi dan reaksi; karena aksi positif mendapat reaksi positif, adalah wujud dari orang yang berpikir positif.
👉 Kapan pun bisa terjadi aksi negatif maupun positif dari orang lain, yang terpenting adalah reaksinya untuk meresponnya; jika orang tetap reaksi positif, maka yang negatif tidak semakin negatif.
✍ (B.Saddhaviro)
Menang dan Kalah
Hidup tidak seperti suatu permainan sepak bola, yang bisa dibuat untuk bertaruhan, ada pemenangnya juga ada yang kalah. Melainkan hidup itu bagaikan perjalanan, punya tujuan untuk dicapainya.
👉 Tujuan dari hidup adalah kebahagiaan, setelah orang bisa memahami sebab penderitaan adalah keinginan, dan mampun mengikis sampai padamnya keserakahan, kebencian, serta kebodohan batin; jika hidup bagaikan perjalanan, maka tercapainya kebahagiaan merupakan akhir dari perjalanan.
👉 Kalah dan menang tidak perlu terjadi dalam menjalani hidup guna mencapai tujuannya, karena kebahagiaan bukan milik orang lain maupun berada di tempat tertentu; tetapi masing-masing ada pada diri sendiri tiap orang, untuk dicapainya melalui diperjuangkan.
👉 Tidak menjadikan hidup seperti permainan, apa lagi hidup dibuat untuk bertaruhan yang beresiko bisa menang dan kalah; namun berusaha menggunakan hidup tidak berbuat jahat, senantiasa berbuat baik, dan memurnikan batin sebagai jalan mencapai tujuan.
✍ (B.Saddhaviro)
Sifat Orang
👉 Ada orang tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, kendati itu orang paling dekat pada dirinya; hanya pendapat serta pemikirannya sendiri yang dijadikan pedoman hidupnya, tanpa mau tahu apa kata dan penilaian orang lain terhadap dirinya. Prisipnya anjing meng-gong-gong kapila tetap berlalu.
👉 Ada orang selalu mendengarkan pendapat bahkan mencari pendapat terlebih dulu dari orang lain, sebelum mengambil keputusan untuk dijadikan pedoman; utamanya orang-orang dekatnya musti didengar pendapat serta pemikirannya, maka sering kali mengambil keputusan agak lama bahkan berubah-ubah. Orang jenis ini, sepertinya tidak punya prinsip, dan hidupnya mudah terpengaruh oleh orang lain.
👉 Ada orang tidak kukuh pada pendapatnya sendiri maupun tidak tergantung pada pendapat orang lain, melainkan berpedoman dengan manfaat dari kebaikan dan kebenaran. Jika itu bermanfaat karena hal baik juga sesuai dengar kebenaran, dari manapun asalnya tidak masalah. Biarlah dinilai jelek, dan disalahkan, kebaikan dan kebenaran yang menjadi pedomannya.
👉 Pendapat diri sendiri bisa baik juga bisa benar, pendapat dari orang lain juga demikian, bisa baik dan benar. Akan tetapi berpedoman pada dhamma pasti baik dan benar, karena dhamma disini berarti kebaikan sekaligus kebenaran.
✍ (B Saddhaviro)
Idealnya Hidup
👉 Hidup sekadarnya bisa hidup, karena tidak tahu apa hidup itu, bagaimana caranya mencari kebutuhan hidup, dan tidak tahu tujuan hidup. Jenis orang hidup seperti ini, adalah yang belum maksimal.
👉 Hidup berkecukup kebutuhan hidup, tidak hanya sekadarnya hidup. Tetapi tahu caranya untuk mencari kebutuhan hidup, sampai kecukupan bahkan terjamin kesejahteraan hidup; namun belum tahu apa tujuan hidup, dan bagaimana caranya untuk sampai tujuan. Jenis orang hidup ini, sudah maksimal dalam menjalani hidup dengan memenuhi kebutuhan hidup.
👉 Idealnya orang hidup jika tidak sekadar hidup tapi bisa memahami hidup, kecukupan akan kebutuhan hidup, juga tahu tujuan hidup, dan bisa mencapai tujuan hidup. Jenis orang hidup ini, merupakan idaman semua orang hidup.
👉 Tujuan hidup terbebas dari penderitaan dengan bisa hidup bahagia. Karena terus melatih berbuat baik untuk menjadi baik, dan mengerti kebenaran hidup dengan benar, adalah idealnya orang hidup, sehingga menjadi bermanfaat akan eksistensinya hidup.
✍ (B.Saddhaviro)
Konsep Tanpa Aku
👉 Bukan aku dan bukan milikku, kendati datang padaku; ia pasti akan berlalu meninggalkanku, karena ia datang untuk berlalu, ia bukan aku tapi paduan unsur.
👉 Konsep tanpa aku dan tanpa milikku, merupakan konsep pembebasan dari pandangan keliru tentang aku; yang mengaku aku sebagai milikku, merupakan sebab dari penderiaan.
👉 Bisa berpikirnya salah, berucap serta berbuat salah, jika pandangannya salah; namun semua tidak ada yang salah, ketika orang memiliki pandangan benar, bahwa tidak ada aku yang sebenarnya, karena yang sebenarnya bukan aku dan bukan memilikku, hanyalah paduan unsur saling bergantungan.
👉 Bukan aku dan milikku, semuanya hanya paduan unsur, terus berubah serta tidak memuaskan, maka tiada aku maupun milikmu, aku adalah konsep dari pandangan keliru, sehinga tidak memahami sebagai mana adanya paduan unsur, yang sebenarnya tidak adanya aku.
✍ (B.Saddhaviro)
Perlunya Rajin
👉 Rajin itu perlu dilatih, jika orang tidak melatihnya, maka sifat baik berupa rajin tidak akan berkembang, menjadi karakter baik, bagaikan biji-bijian tidak bisa tumbuh, kalau tidak ditanam.
👉 Sifat baik dari orang yang rajin adalah, jika hidup belum punya akan menjadi punya; ketika sudah punya dengan hidup kecukupan, orang yang rajin bisa menjaga dan mengembangkannya, sampai puncak kesuksesannya.
👉 Orang yang rajin bergaul, akan punya teman. Orang yang rajin belajar, akan memiliki pengetahuan. Orang yang rajin bekerja, akan punya penghasilan. Dan orang yang rajin berlatih banyak hal, akan punya ketrampilan serta pengalaman hidup sangat berharga. Inilah kerjanya hukum kebenaran sebab akibat.
👉 Orang rajin bukan disebabkan oleh tanggal lahir maupun keturunan tertentu, rajin bersumbernya dari kemauan orang yang kuat untuk berbuat manfaat; orang rajin adalah orang yang telah memahami hidup serta nilai kehidupan, guna mencapai tujuan hidup, dengan berbuat yang manfaat.
👉 Berteman dengan orang rajin itu perlu, belajar serta berlatih untuk rajin itu lebih perlu; berlatih guna membentuk karakter agar menjadi orang rajin jauh lebih perlu, dan setelah rajin bisa hidup bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, inilah perlunya rajin.
✍ (B.Saddhaviro)
Keinginan
👉 Jangan berlatih meditasi dengan keinginan, tetapi berlatih dengan kesadaran; keingin adalah perintang ketika orang berlatih meditasi, karena keinginan pikiran tidak tenang dan malah tegang.
👉 Keinginan untuk tenang ketika orang berlatih meditasi, justru pikiran sulit menjadi tenang, karena keinginan merupakan energi pikiran berkelana tanpa ada habisnya.
👉 Keingin akan membuat ketegangan ketika orang berlatih meditasi, dan ketegangan sebagai perintang dalam berlatih meditasi; maka tidak dianjurkan berlatih meditasi dengang keinginan, melainkan dengan kesadaran.
👉 Tanggalkan segala keinginan ketika berlatih meditasi, termasuk keinginan untuk tenang atau konsentrasi; agar bisa berlatih dengan rileks, berusaha dengan sadar untuk mengonsentrasikan pikiran tanpa keinginan, pikiran mudah dilatih menjadi tenang.
✍ (B.Saddhaviro)
Ciri Orang Besar
👉 Orang besar bisa terlihat dari pemikirannya serta apa yang dilakukan, selain memikirkan orang lain dan berkepentingan untuk orang banyak; tidak sekala pendek apa yang dipikirkan serta dilakukan, melainnya untuk manfaat jauh kedepan, adalah ciri dari orang besar.
👉 Kendati sudah menjadi orang besar karena telah mampu mengimplementasikan pemikiran untuk manfaat orang banyak, masih mau mengerjakan tugas yang kecil; sebagai bukti orang besar yang sebenarnya, karena bisa menjadi besar juga bermula dari kecil. Itu ciri dari kebesaran orang besar, tidak menyepelekan hal yang kecil.
👉 Orang besar juga tidak membesarkan kebesarannya, atau merasa besar dan angkuh karena telah menjadi besar. Semakin bermanfaat bagi orang banyak akan eksistensinya, semakin rendah hatinya, merupakan ciri dari orang besar.
👉 Setiap orang punya potensi menjadi orang besar, tetapi tidak setiap orang mau dan mampu mengelola potensinya; jika orang mau berpikir serta berbuat untuk bermanfaat orang banyak, rela berkorban tanpa mengorbankan orang lain, adalah indikasinya menjadi orang besar.
✍ (B.Saddhaviro)
Rasa Senang
👉 Memulai aktifitas dengan rasa senang, sampai tumbuh berkembang menyenangi tugas maupun pekerjaan yang dikerjakan; akan menjadi kekuatan sangat dasyat, bagi siapapun yang memiliki rasa senang.
👉 Pekerjaan berat jika dikerjakan dengan hati senang, orang tidak akan terbebani oleh beratnya pekerjaan, dan pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik; demikian dasyatnya rasa senang, patut untuk dimiliki beraktifitas agar tetap semangat.
👉 Sulitnya kehidupan bisa muncul kapan saja kendati orang tidak mengharapkan. Sesulit apapun kesulitan itu, jika orang bisa tetap senang untuk berupaya mengatasi kesulitan, maka orang tidak akan kesulitan dengan kondisi yang sulit. Karena kontribusi dari rasa senang, untuk mengurangi bahkan menghilangkan kesulitan menjadi kemudahan.
👉 Rasa senang membuat tugas berat menjadi ringan, rasa senang problem sulit menjadi mudah, rasa senang perjalanan jauh terasa dekat, rasa senang dalam keadaan enak maupun pait, adalah rasa senang sesungguhnya, yang patut untuk dimiliki aktifitas.
✍ (B.Saddhaviro)
Hidup Bahagia
👉 Kondisi hidup di dunia adalah suka duka, tanpa kecuali orang hidup di dunia pasti mendapat kondisi yang sama; hanya pemahaman maupun sikap serta daya tahan orang hidup di dinua yang berbeda satu dengan lainnya, sehinga tidak bisa hidup bahagia dalam kondisi yang sama.
👉 Oleh sebab itu bahagianya hidup, bukan karena kondisinya hidup, melainkan bagaimana cara orang memahami, mengeloka, menyikapi hidup dan menerima kondisi hidup, sehingga dalam kondisi suka maupun duka, bisa hidup bahagia.
👉 Hidup bahagia saratnya tidak banyak, ketika orang bisa menerima sebagaimana adanya hidup, bukan hidup dengan seperti apa yang diharapkan, maka kebahagiaan hidup datang tanpa di cari dan diundang, karena sebabnya telah ada, akibatnyapun menjadi ada.
👉 Berusaha untuk mengerti hidup di dunia adalah suka dan duka, berusaha mengerti serta memperbaiki kekurangan pada diri sendiri; dan berusaha untuk bersikap menerima yang tidak diharapkan karena itu realita kehidupan, adalah sumber dari kebahagiaan.
✍ (B.Saddhaviro)
👉 Oleh sebab itu bahagianya hidup, bukan karena kondisinya hidup, melainkan bagaimana cara orang memahami, mengeloka, menyikapi hidup dan menerima kondisi hidup, sehingga dalam kondisi suka maupun duka, bisa hidup bahagia.
👉 Hidup bahagia saratnya tidak banyak, ketika orang bisa menerima sebagaimana adanya hidup, bukan hidup dengan seperti apa yang diharapkan, maka kebahagiaan hidup datang tanpa di cari dan diundang, karena sebabnya telah ada, akibatnyapun menjadi ada.
👉 Berusaha untuk mengerti hidup di dunia adalah suka dan duka, berusaha mengerti serta memperbaiki kekurangan pada diri sendiri; dan berusaha untuk bersikap menerima yang tidak diharapkan karena itu realita kehidupan, adalah sumber dari kebahagiaan.
✍ (B.Saddhaviro)
Hidup di dunia
RENUNGAN: "hidup di dunia"
👉 Setiap orang hidup di dunia, pasti tidak lepas dari dicela. Karena celaan itu merupakan konsekuensi dari pada orang hidup di dunia. Siap untuk dicela dari pada mencela, adalah cara yang baik, orang hidup di didunia.
👉 Negatifnya celaan, ketika orang dicela dirinya merasa tercela, celaan menjadi kondisi negatif bagi orang yang merasa tercela; karena merasa tercela dan tidak bisa menerima celaan, malah ganti mencela.
👉 Positifnya celaan, ketika orang dicela, Ia tidak merasa tercela, tapi sadar bahwa hidup di dunia, bisa kapan saja dicela. Orang yang menyadari akan eksistennya, bisa menerima celaan tanpa untuk membalas mencela.
👉 Ketika orang telah mengerti, bawah mencela orang tercela dirinya sendiri akan menjadi tercela, dan apa lagi mencela orang yang tidak berbuat tercela; maka orang yang telah mengerti serta sadar akan konsekuensi hidup di dunia, siap untuk dicela, berusaha tidak mencela.
✍ (B.Saddhaviro)
👉 Setiap orang hidup di dunia, pasti tidak lepas dari dicela. Karena celaan itu merupakan konsekuensi dari pada orang hidup di dunia. Siap untuk dicela dari pada mencela, adalah cara yang baik, orang hidup di didunia.
👉 Negatifnya celaan, ketika orang dicela dirinya merasa tercela, celaan menjadi kondisi negatif bagi orang yang merasa tercela; karena merasa tercela dan tidak bisa menerima celaan, malah ganti mencela.
👉 Positifnya celaan, ketika orang dicela, Ia tidak merasa tercela, tapi sadar bahwa hidup di dunia, bisa kapan saja dicela. Orang yang menyadari akan eksistennya, bisa menerima celaan tanpa untuk membalas mencela.
👉 Ketika orang telah mengerti, bawah mencela orang tercela dirinya sendiri akan menjadi tercela, dan apa lagi mencela orang yang tidak berbuat tercela; maka orang yang telah mengerti serta sadar akan konsekuensi hidup di dunia, siap untuk dicela, berusaha tidak mencela.
✍ (B.Saddhaviro)
"karma bukan takdir"
👉 Bertanya, Apakah karma beda dengan takdir?
👉 Jawaban: Sangat beebeda karma dengan takdir. Karma adalah bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan takdir itu dari luar dirinya manusia.
👉 Jawaban: Karma itu berarti niat atau kehendak, lantas berpikir menjadi karma pikiran, niat lantas berkata itu karma ucapan, niat lantas bertindak menjadi karma dari jasmani. Sedangkar takdri itu bukan dari niatnya orang yang punya takdir, melainkan orang telah ditakdirkan.
👉 Jawaban: Karma ditanggung oleh diri sendiri, karena dari dirinya sendiri, dan karma bisa diubah. Kalau takdir bukan dari dirinya sendiri, tetapi yang menanggung dirinya sendiri, dan orang punya takdir tidak bisa diubah.
👉 Kehidupan orang bisa diubah, karena hidup memang berubah; dengan perbuatan baik atau karma baik, maka hidup yang semula tidak baik menjadi baik, dan yang belum bermanfaat bisa menjadi manfaat. Oleh karenanya *karma beda dengan takdir.
✍ (B Saddhaviro)
👉 Bertanya, Apakah karma beda dengan takdir?
👉 Jawaban: Sangat beebeda karma dengan takdir. Karma adalah bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan takdir itu dari luar dirinya manusia.
👉 Jawaban: Karma itu berarti niat atau kehendak, lantas berpikir menjadi karma pikiran, niat lantas berkata itu karma ucapan, niat lantas bertindak menjadi karma dari jasmani. Sedangkar takdri itu bukan dari niatnya orang yang punya takdir, melainkan orang telah ditakdirkan.
👉 Jawaban: Karma ditanggung oleh diri sendiri, karena dari dirinya sendiri, dan karma bisa diubah. Kalau takdir bukan dari dirinya sendiri, tetapi yang menanggung dirinya sendiri, dan orang punya takdir tidak bisa diubah.
👉 Kehidupan orang bisa diubah, karena hidup memang berubah; dengan perbuatan baik atau karma baik, maka hidup yang semula tidak baik menjadi baik, dan yang belum bermanfaat bisa menjadi manfaat. Oleh karenanya *karma beda dengan takdir.
✍ (B Saddhaviro)
RENUNGAN: "ciri sahabat baik"
👉 Cirinya orang baik, tidak mudah berbuat jahat, tetapi mudah untuk berbuat baik; tidak mencari nama baik serta pujian jika berbuat baik, namun mengutamakan berbuat baik hanya untuk kebaikan.
👉 Cirinya orang yang pinter mencari sahabat baik, tetapi tidak bisa menjadi sahabat baik; orangnya egois hanya mau enak serta menangnya sendiri, tidak mau tahu orang lain, namun banyak menuntut agar orang lain mau tahu pada dirinya.
👉 Ciri dari sahabat baik, setia teman dalam kondisi suka maupun duka, selalu memberi bantuan, tanpa menuntut balasan; melindungi teman selagi lengah, mengingatkan teman sewaktu lupa, dan rela berkorban untuk membela temannya, merupakan sifat dari sahabat sejati.
👉 Menjadi sahabat baik dengan berbuat baik, dan sebelum mencari sahabat baik terlebih dulu dirinya bisa menjadi sahabat baik; demikian cara berpikir serta pedomannya dari orang yang berciri sahabat baik.
✍ (B.Saddhaviro)
👉 Cirinya orang baik, tidak mudah berbuat jahat, tetapi mudah untuk berbuat baik; tidak mencari nama baik serta pujian jika berbuat baik, namun mengutamakan berbuat baik hanya untuk kebaikan.
👉 Cirinya orang yang pinter mencari sahabat baik, tetapi tidak bisa menjadi sahabat baik; orangnya egois hanya mau enak serta menangnya sendiri, tidak mau tahu orang lain, namun banyak menuntut agar orang lain mau tahu pada dirinya.
👉 Ciri dari sahabat baik, setia teman dalam kondisi suka maupun duka, selalu memberi bantuan, tanpa menuntut balasan; melindungi teman selagi lengah, mengingatkan teman sewaktu lupa, dan rela berkorban untuk membela temannya, merupakan sifat dari sahabat sejati.
👉 Menjadi sahabat baik dengan berbuat baik, dan sebelum mencari sahabat baik terlebih dulu dirinya bisa menjadi sahabat baik; demikian cara berpikir serta pedomannya dari orang yang berciri sahabat baik.
✍ (B.Saddhaviro)
RENUNGAN: "buah kebaikan"
👉 Sesuai dengan benih yang telah ditanam, demikian pula buah yang dipanennya; jika orang bercocok tanam padi, maka padi juga buahnya, demikian hukumnya. Pelaku kejahatan mengakibatkan penderitaan, dan pembuat kebaikan memetik buah kebahagiaan.
👉 Hanya bercocok tanam perbuatan baik, yang memiliki akibat atau buah dari berbagai hal, sehingga melebihi jenis tanaman benih apapun di dunia ini. Ketika orang memahami akan hukum kebenaran bahwa berbuat baik, bisa berbuah banyak hal, orang selalu berbuat kebaikan.
👉 Orang bisa sukses hidupnya itu buah dari perbuatan baiknya. Orang sehat serta berusia panjang, akibat dari perbuatan baiknya. Orang terkahir rupawan, terkenal, berkuasa, disukai banyak orang, adalah buah dari kebaikannya. Sampai tercapainya segala cita-citanya, termasuk menjadi buddha, merupakan buah dari kebaikannya.
👉 Sedemikian besar manfaat serta buah dari perbuatan baik, sehingga tidak ada jenis tanaman bibit apapun, jika ditanam buahnya bisa melebihi dari buah tanaman kebaikan. Semoga renungan ini, bisa menghikangkan keraguan akan berbuat baik dan meyakinkan orang berbuat baik
✍ (B.Saddhaviro)
👉 Sesuai dengan benih yang telah ditanam, demikian pula buah yang dipanennya; jika orang bercocok tanam padi, maka padi juga buahnya, demikian hukumnya. Pelaku kejahatan mengakibatkan penderitaan, dan pembuat kebaikan memetik buah kebahagiaan.
👉 Hanya bercocok tanam perbuatan baik, yang memiliki akibat atau buah dari berbagai hal, sehingga melebihi jenis tanaman benih apapun di dunia ini. Ketika orang memahami akan hukum kebenaran bahwa berbuat baik, bisa berbuah banyak hal, orang selalu berbuat kebaikan.
👉 Orang bisa sukses hidupnya itu buah dari perbuatan baiknya. Orang sehat serta berusia panjang, akibat dari perbuatan baiknya. Orang terkahir rupawan, terkenal, berkuasa, disukai banyak orang, adalah buah dari kebaikannya. Sampai tercapainya segala cita-citanya, termasuk menjadi buddha, merupakan buah dari kebaikannya.
👉 Sedemikian besar manfaat serta buah dari perbuatan baik, sehingga tidak ada jenis tanaman bibit apapun, jika ditanam buahnya bisa melebihi dari buah tanaman kebaikan. Semoga renungan ini, bisa menghikangkan keraguan akan berbuat baik dan meyakinkan orang berbuat baik
✍ (B.Saddhaviro)
RENUNGAN: "menerima"
👉 Ketika orang hidup dengan harapan, maka akan mengalami kekecewaan; apa bila harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Ini sudah merupakan konsekuensi logi, dari orang hidup yang masih didominasi oleh harapan.
👉 Ketika orang hidup dengan kesadaran, aktifitasnya disertai oleh kesadaran; apapun kenyataan yang ada, tidak akan membuat orang kecewa, karena orang yang hidupnya sadar, akan bisa menerima keyataan. Inilah sifat alami dari kesadaran, bukan mencaci yang tidak ada, dan bisa menerima yang ada.
👉 Berlatih untuk meneriima kenyataan, sampai bisa menerima kenyataan, adalah cara orang yang sadar akan eksistensinya; bahwa hidup subyektifitas tidak bisa menerima realitas, justru malah kecewa. Akan tetapi jika bisa hidup secara obyektifitas, bisa menerima realitas hidup.
✍ (B.Saddgaviro)
👉 Ketika orang hidup dengan harapan, maka akan mengalami kekecewaan; apa bila harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Ini sudah merupakan konsekuensi logi, dari orang hidup yang masih didominasi oleh harapan.
👉 Ketika orang hidup dengan kesadaran, aktifitasnya disertai oleh kesadaran; apapun kenyataan yang ada, tidak akan membuat orang kecewa, karena orang yang hidupnya sadar, akan bisa menerima keyataan. Inilah sifat alami dari kesadaran, bukan mencaci yang tidak ada, dan bisa menerima yang ada.
👉 Berlatih untuk meneriima kenyataan, sampai bisa menerima kenyataan, adalah cara orang yang sadar akan eksistensinya; bahwa hidup subyektifitas tidak bisa menerima realitas, justru malah kecewa. Akan tetapi jika bisa hidup secara obyektifitas, bisa menerima realitas hidup.
✍ (B.Saddgaviro)
RENUNGAN: "kebiasaan"
👉 Biasakan untuk berbuat baik kendati perbuatan baik itu kecil, agar terbiasa melakukan perbuatan baik; karena kebiasaan baik yang telah dilakukan akan membentuk karakter baik, dan dari karakter baik, menjadikan orang baik.
👉 Biasakan untuk bekerja dengan sepenuh hati tanpa ragu dan takut oleh rintangan serta kegagalan. Karena kebiasaan bekerja sepenuh hati, akan membentuk mental bertanggung jawab dan pekerja yang tangguh, tidak mudah menyerah, menjadikan orang sukses dalam bidangnya.
👉 Biasakan untuk memberi sebagai latihan agar bisa memberi pada orang lain, agar terbiasa untuk memberi kepada siapa saja yang patut diberi. Orang yang telah terbiasa dengan memberi, tidak akan sulit untuk memberi. Dan orang yang suka memberi, tidak akan pernah kekurangan, karena orang yang memberi dengan tulus, akan merasa puas kebiasaan yang baik.
👉 Orang yang memiliki kebiasaan baik, bekerja sepenuh hati, dan tulus dalam memberi; adalah orang yang berguna bagi dirinya, bermanfaat untuk orang lain, dan juga menjadi berkah akan eksistennya hidup di dunia.
✍ (B.Saddgaviro)
👉 Biasakan untuk berbuat baik kendati perbuatan baik itu kecil, agar terbiasa melakukan perbuatan baik; karena kebiasaan baik yang telah dilakukan akan membentuk karakter baik, dan dari karakter baik, menjadikan orang baik.
👉 Biasakan untuk bekerja dengan sepenuh hati tanpa ragu dan takut oleh rintangan serta kegagalan. Karena kebiasaan bekerja sepenuh hati, akan membentuk mental bertanggung jawab dan pekerja yang tangguh, tidak mudah menyerah, menjadikan orang sukses dalam bidangnya.
👉 Biasakan untuk memberi sebagai latihan agar bisa memberi pada orang lain, agar terbiasa untuk memberi kepada siapa saja yang patut diberi. Orang yang telah terbiasa dengan memberi, tidak akan sulit untuk memberi. Dan orang yang suka memberi, tidak akan pernah kekurangan, karena orang yang memberi dengan tulus, akan merasa puas kebiasaan yang baik.
👉 Orang yang memiliki kebiasaan baik, bekerja sepenuh hati, dan tulus dalam memberi; adalah orang yang berguna bagi dirinya, bermanfaat untuk orang lain, dan juga menjadi berkah akan eksistennya hidup di dunia.
✍ (B.Saddgaviro)
Kamis, 11 Januari 2018
Agama Buddha Di Dunia Barat
Perkembangan Agama Buddha di Barat
Ajaran Sang Buddha memiliki suatu keunikan yang bersifat universal dimana mampu senantiasa berkembang sesuai dengan kebudayaan dan kebiasaan setempat. Sehingga kini terdapat berbagai sekte dan aliran yang terkadang kelihatannya sangat berbeda, namun pada intinya mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk mencapai pembebasan [Nirvana/Nibbana]. Ajaran Sang Buddha yang dikenal sebagai Ajaran Damai dengan semboyan suci : Cinta Kasih dan Kasih Sayang, telah tersebar di hampir seluruh Asia, Amerika dan Eropa.
Di setiap negara biasanya mempunyai ciri khasnya tersendiri dalam menerima Ajaran Sang Buddha yang merupakan suatu jawaban atas tuntutan dan pengaruh filosofis, sosial dan kebudayaan setempat. Sang Buddha sendiri agak pragmatis, Beliau lebih menekankan mengetahui sedikit ajaran tetapi pengamalan yang lebih intensif. Beliau juga menegaskan bahwa ajaran itu hanyalah alat untuk dipakai bila diperlukan dan ditinggalkan ketika tujuan telah tercapai yang diibaratkan rakit yang dipakai untuk menyeberangi sungai.
Para pengikut Ajaran Sang Buddha pada umumnya mengakui bahwa tidak ada alasan apapun bagi mereka untuk memperdebatkan apa yang benar atau yang tidak benar, apa yang lebih dulu atau yang belakangan, dan apa yang ortodoks atau yang fleksibel, dimana pada dasarnya tetap satu yaitu batang tubuh ajaran yang langsung dari Sang Buddha. Berbagai mazhab yang ada , yaitu Theravada atau Hinayana , dan Mahayana, Vajrayana atau Tantrayana dengan berbagai aliran dan sekte di dalamnya tersebut bermunculan setelah Sang Buddha Parinirvana yang ditandai dengan munculnya kosili Buddhis yang pertama di Rajagraha yang diadakan tidak lama sesudah Buddha Gautama Parinirvana.
Kita perlu menyadari juga bahwa pada eranya Buddha Gautama masih membabarkan Dharma, tidak terdapat segala nama aliran dan sekte yang seperti kita kenal saat ini. Malah Buddha Gautama sendiri tidak pernah mengatakan beragama Buddha apalagi mewakili aliran tertentu baik dari Theravada, Mahayana , ataupun Vajrayana. Pada saat ini diperkirakan terdapat sepertiga penduduk dunia merupakan pengikut Ajaran Sang Buddha. Dari hasil penjelajahan di beberapa situs internet (web sites), Penyusun menemukan sudah terdapat banyak sekali terjemahan literatur Ajaran Sang Buddha dalam bahasa Inggris yang sangat baik, khususnya oleh rekan-rekan Buddhis di negara Barat.
Alasan Buddhisme dapat masuk ke Negara Barat
Negara Barat yang identik dengan sekuler sekalipun dapat menerima ajaran agama Buddha sebagai “ the way of life”. Perkembangan peradaban manusia rupanya telah membawa perubahan pada segenap sisi kehidupan, antara lain sisi spiritualitas. Sebuah fakta yang menarik bahwa ”spiritualisme” sedang berkembang di negara sekuler macam Amerika Masyarakat di sana rupanya sudah ”lelah” dengan agama-agama yang bersifat institusional dan dogmatis (baca: agama semitik), dan cenderung memilih jalan hidup yang antropo-sentris. Buddhisme menjadi salah satu alternatif yang semakin banyak digemari masyarakat di Amerika.
Tidak hanya masyarakat Amerika, golongan intelektual pada umumnya memang memiliki apresiasi yang baik terhadap Buddhisme, dikarenakan prinsip ajarannya yang tidak dogmatis dan sejalan dengan cara berpikir modern.
Buddhisme tergolong unik, sebab tidak berparadigma teosentris/idol sentris. ”Tuhan” bukanlah persoalan yang utama di dalam Buddhisme. Seorang atheis, agnostis, atau theis, dapat saja menjadi penganut Buddha. Dengan begitu, fundamen ajaran Buddha bukanlah dogma-dogma teologi, tetapi sesuatu yang berasal dari diri kita sendiri, yakni pikiran(minds). Sebab pikiran adalah sumber dari segala permasalahan yang muncul dalam kehidupan manusia, seperti adanya keinginan, hawa nafsu, emosi, penalaran, pencerapan, berbagai ide/konsepsi/kepercayaan, yang kesemuanya itu perwujudan dari ego atau “aku”.
Mengetahui seluk beluk pikiran atau “aku” beserta segenap fenomenanya, kita dapat mencari akar permasalahan dan menundukkannya. Hal ini diwujudkan dengan berbagai latihan disiplin dan praktik meditasi. Dari pikiran sebagai fundamen itulah, maka Buddhisme banyak disebut oleh para orientalis barat sebagai ”ilmu pengetahuan tentang pikiran”. Dari situ dapat dipahami bahwa Buddhisme memiliki metoda memandang ke dalam (menguasai pikiran/diri sendiri) terlebih dahulu untuk kemudian membuat laku ke luar/menanggapi alam sekitar (termasuk misalnya menolak atau menerima suatu ajaran). Sehingga Buddhisme tidak mementingkan siapa yang mengajarkan suatu ajaran apakah ”nabi” atau ”tuhan” atau ”orang penting” mana pun, tetapi apa yang diajarkan. Apakah bermanfaat atau tidak, apakah logis atau tidak, dan sebagainya. Dan semua penilaian itu tentunya tergantung pada bagaimana kualitas pikiran kita (sikap ini diterapkan termasuk kepada ajaran Buddha Gautama sendiri, seperti yang dituturkan beliau dalam khutbahnya pada orang-orang suku Kalama.
Meski banyak diminati oleh masyarakat Amerika dan banyak diapresiasi oleh kaum cendekiawan, citra Buddhisme tidaklah sebagus itu di Asia dan masyarakat awam pada umumnya. Di Asia, Buddhisme banyak ditinggalkan penganutnya yang beralih ke agama Kristen. Buddhisme juga dianggap sebagai agama yang kolot, penyembah berhala, kaku, dan sudah ketinggalan jaman. Semua tuduhan itu muncul karena orang tidak banyak tahu tentang agama Buddha yang sesungguhnya.
Larisnya agama Buddha di masyarakat Barat dan kalangan cendekiawan umumnya, menunjukkan adanya fenomena perubahan paradigma beragama, dari ”teosentrisme” yang dipopulerkan oleh agama semitik (Abrahamic Faiths) menjadi ”antropo-entrisme”. Oleh beberapa penganut secular humanism, tradisi ”worship” bahkan sudah dianggap ketinggalan jaman dan terganti dengan praktek-praktek spiritual seperti meditasi dan yoga. Fenomena perubahan paradigma beragama ini hendaknya dapat menyadarkan kita untuk secara jujur me-reviewkembali paradigma beragama yang selama ini kita jalankan. Dan memandang Buddha sebagai ” the way of life “
Langganan:
Postingan (Atom)